Berdasarkan data terakhir diketahui kontribusi konsumsi rumah tangga terhadap pertumbuhan ekonomi dalam 2 tahun terakhir tertahan pada level 2,7 persen, lebih rendah daripada rata-rata 2011 s.d. 2014 yang mencapai 2,9 persen.
Bahkan, di Provinsi Sumatera Selatan, sumbangan konsumsi RT yang awalnya masih menunjukkan perbaikan, mulai menurun dari yang awalnya sebesar 2,09 persen pada Triwulan IV 2016 menjadi sebesar 1,25 persen pada Triwulan III 2017.
“Ke depan, dengan dorongan kebijakan diharapkan daya beli masyarakat ini dapat meningkat sehingga pertumbuhan ekonomi daerah makin baik lagi. Misalnya, mencanangkan program bantuan langsung,” katanya.
Berdasarkan data BPS diketahui pada triwulan I, II, dan III 2017 pertumbuhan ekonomi Sumsel mencapai 5,14 persen, 5,26 persen, dan 5,56 persen (yoy). Secara umum, pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan untuk keseluruhan pada tahun 2017 masih sesuai dengan perkiraan, yakni dalam kisaran 5,1 s.d. 5,5 persen.
Terkait dengan inflasi, Sumsel juga menunjukkan kinerja yang baik secara kumulatif sejak awal tahun hingga November 2017.
Inflasi IHK Sumatera Selatan tercatat masih terjaga di level yang cukup rendah, yakni sebesar 2,32 persen (ytd), atau masih di bawah tingkat inflasi nasional sebesar 2,87 persen (ytd) sehingga diperkirakan dapat mendukung pencapaian sasaran inflasi pada tahun 2017 sebesar 41 persen, dengan kecenderungan mendekati batas bawah.
Pada tahun 2018, menurut Rudy, terdapat berbagai isu dan potensi menjadi faktor yang dapat meningkatkan atau menghambat tumbuhnya perekonomian daerah. Pembangunan infrastruktur, pelaksanaan Asian Games, penyelenggaraan pilkada serentak, dan peningkatan tren harga komoditas unggulan Sumatera Selatan akan menjadi “upside potential” bagi perekonomian daerah.