Filipina Diguncang Kasus Penipuan Kesehatan Vaksin Demam Berdarah
MANILA – Filipina diguncang kasus penipuan kesehatan menyangkut vaksin demam berdarah. Kantor Presiden Filipina berjanji akan meminta pertanggungjawaban kepada pihak terkait dan bertanggungjawab pada program imunisasi tersebut.
Departemen Kesehatan Filipina menghentikan penggunaan vaksin demam berdarah buatan Sanofi. Kebijakan tersebut diambil, setelah Sanofi mengatakan penggunaan vaksin yang diproduksinya harus dibatasi secara ketat. Hal itu untuk menunjukkan vaksin tersebut dapat memperburuk penyakit pada orang-orang yang sebelumnya tidak pernah terpapar infeksi.
“Kami akan membuat mereka yang bertanggung jawab atas penipuan kesehatan masyarakat yang tak tahu malu ini, yang menyebabkan ratusan ribu orang muda dalam risiko kesehatan, untuk bertanggung jawab,” kata juru bicara kepresidenan Harry Roque dalam sebuah pernyataan, Minggu (3/12/2017).
Lebih dari 730 ribu anak-anak, berusia sembilan tahun ke atas, menerima satu dosis vaksin Dengvaxia tahun lalu. Program imunisasi ini sejalan dengan rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tentang vaksinasi massal di negara-negara yang sangat mudah terpapar penyakit endemis.
Meskipun demam berdarah tidak seserius malaria, penyakit ini menyebar dengan cepat di banyak belahan dunia. Virus ini membunuh sekitar 20.000 orang per tahun dan menginfeksi ratusan juta orang. Sementara vaksin Dengvaxia milik Sanofi adalah vaksin pertama yang disetujui untuk demam berdarah.
Sementara ilmuwan telah mengenalinya sebagai vaksin yang tidak sempurna dan tidak secara merata melindungi terhadap empat jenis virus yang berbeda dalam tes klinis. Sebuah analisis baru dari enam tahun data klinis menunjukkan bahwa vaksin Dengvaxia memberikan manfaat protektif yang kuat terhadap demam berdarah pada mereka yang telah terinfeksi sebelumnya.