Hujan dan Angin Kencang Ancam Masyarakat Pesisir Selatan
“Jika cuaca begini ini, kalau sudah Magrib itu harus berdiam diri di dalam rumah saja lagi. Karena takut dengan angin kencang. Anak-anakpun butuh bersama kita para orang tua,” katanya.
Pria yang bekerja sebagai buruh angkat semen itu, menyebutkan, biasanya untuk mengangkat semen dilakukan pada malam hari. Tapi, dengan cuaca begini, mau tidak mau, harus berdiam diri di rumah.
Sementara itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Minangkabau, menyebutkan, kondisi hujan dan cuaca ekstrem yang melanda hampir seluruh wilayah Sumbar dalam sepekan terakhir, dipastikan bukan dampak dari tumbuhnya Siklon Tropis Cempaka di pesisir selatan Pulau Jawa.
Kasi Observasi dan Informasi BMKG Stasiun Minangkabau, Budi Imam Samiaji menjelaskan, dari hasil analisa BMKG, cuaca ekstrem di Sumbar disebabkan enam hal, yakni karena sirkulasi siklonik atau daerah tekanan rendah di Samudera Hindia, barat Mentawai Sumbar. Kemudian, sirkulasi siklonik atau vortex di perairan selat Karimata.
Lalu, bibit Siklon 96s di barat daya Bengkulu. Berikutnya karena MJO/ Madden Jullian Ossilation phase 4 yang dalam hal ini tidak ada penambahan uap air ke wilayah Sumatera Barat.
“Serta, perlambatan dan pertemuan massa udara di sekitar Mentawai dan selatan Sumatera Barat yang berpotensi pertumbuhan awan hujan dan pergerakan massa udara cenderung dari barat menuju tenggara,” kata Budi.