TULUNGAGUNG – Sejumlah nelayan di pesisir Pantai Sidem dan Popoh, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur mengeluhkan maraknya pemasangan keramba udang laut di sepanjang perairan pantai setempat. Keberadaan keramba tersebut berpengaruh terhadap hasil tangkapan ikan mereka.
“Keberadaan keramba udang di dalam teluk, bahkan di dekat garis pantai membuat aktivitas dan ruang gerak kapal menjadi terganggu,” kata Sutrisno, salah satu nelayan di Pantai Sidem, Kecamatan Besuki, Tulungagung, Minggu (17/9/2017).
Tak hanya menghalangi manuver dan lalu lalang kapal, dampak langsung dirasakan oleh nelayan jaring tarik. Keberadaan keramba yang tak jauh dari bibir pantai membuat jangkauan jaring tarik mereka tidak bisa maksimal. Jika biasanya nelayan bisa menebar jaring dengan alat bantu kapal slerek hingga radius 1-1,5 kilometer ke arah tengah laut, kini jaraknya menjadi sempit.
Saat ini nelayan paling jauh jaring bisa mereka tebar hingga sekitar radius 500 meter dari bibir pantai. “Kalau ada keramba di tengah, kami tidak mungkin menebar jaring hingga melampaui alat tangkap benur atau benih udang laut tersebut. Jaring bisa rusak, sobek tersangkut jangkar keramba atau keramba itu sendiri,” kata Yadi, nelayan lain.
Akibatnya, kata dia, tangkapan ikan semakin sedikit. Hasil yang mereka dapat sedikit, lebih banyak sampah terjaring daripada ikan. Sehingga selain tangkapan ikan yang semakin sedikit karena jarak yang semakin sempit. Persoalan lain yan dikeluhkan adalah rusaknya jarring karena tersangkut pada jangkar karamba.
Kerusakan jarring tersebut tentu menjadi persoalan tersendiri karena nelayan harus mengeluarka biaya tambahan untuk melakukan perbaikan. Sutrisno dan Yadi berharap kepada pemerintah untuk memperhatikan Keberadaan para nelayan. Terutama dalam hal pembagian wilayah perburuan ikan.