Antisipasi Kekeringan, PUPR Siapkan Sumur Bor di Daerah Rawan
JAKARTA — Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menyiapkan sumur bor pada sejumlah daerah rawan kekeringan sebagai upaya untuk mitigasi.
“Meski kemarau masih tergolong normal. Kami tetap siapkan langkah mitigasi berupa sumur bor di sejumlah daerah rawan kekeringan,” kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dalam keterangannya di Jakarta, Senin (18/9/2017).
Basuki menjelaskan, sejauh ini musim kemarau masih tergolong normal dan diperkuat lagi Badan Meteorologi dan Geofisika merilis bahwa pada awal November atau akhir Oktober 2017 akan masuk musim hujan.
“Meski tergolong normal, namun berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sekitar 3,9 juta jiwa masyarakat membutuhkan bantuan air bersih akibat terdampak kekeringan di Jawa dan Nusa Tenggara,” katanya.
Oleh karena itu, tegasnya, pada daerah rawan air seperti di beberapa kecamatan di Sukabumi, Sragen, Pati, Banjarnegara dan Sumbawa, pihaknya telah melakukan pengeboran air tanah untuk pemenuhan kebutuhan air minum masyarakat.
Pengeboran dilakukan setelah tim survey geolistrik mengidentifikasi sumber air tanah dalam dan dilakukan pengeboran sedalam 20-70 meter dengan debit air yang dihasilkan dari sumur bor bervariasi yakni 1,5-10 liter per detik.
“Kami sendiri sudah melakukan mitigasi kekeringan dengan membangun sumur bor setiap tahunnya dan hingga saat ini total sebanyak 6.902 sumur bor di berbagai daerah di Indonesia. Dari jumlah tersebut, sumur bor paling banyak terdapat di Pulau Jawa (2.916 sumur), Bali dan Nusa Tenggara (2.174 sumur),” katanya.
Basuki menambahkan , saat terjadi kekeringan, pemenuhan kebutuhan air bersih menjadi prioritas, baru setelah itu untuk irigasi lahan pertanian.