Imbas Jalan Tol Sumatera, Produksi Perkebunan Merosot
LAMPUNG – Petani pekebun tanaman produksi jenis kakao atau kopi cokelat, belimbing merah, kopi robusta, karet serta perkebunan lain di Kecamatan Bakauheni, Kalianda, Penengahan, dan beberapa kecamatan di Lampung Selatan, mengalami penurunan produksi. Ini imbas dari proses pembangunan proyek Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS).
Salah satu warga di Dusun Buring Desa Sukabaru Kecamatan Penengahan, Warji, mengungkapkan, memiliki lahan perkebunan multi kultur di area tanah milik Kementerian Kehutanan yang ditanami kakao, kelapa, karet dan tanaman lain sehingga berimbas dirinya tak lagi memiliki tanaman perkebunan. Pemilik sekitar 500 batang tanaman kakao dan ratusan jenis tanaman produktif tersebut bahkan harus pindah menanam berbagai tanaman produksi di lahannya yang lain akibat terdampak JTTS.
Warji menyebut, imbas proyek JTTS tersebut, ia bersama puluhan warga lain bahkan mengalami pengurangan luas tanaman perkebunan meski telah menerima uang ganti rugi tanam tumbuh berkisar belasan hingga puluhan juta. Meski telah menerima ganti rugi tanam tumbuh namun sebagian besar warga terdampak proyek JTTS masih menggugat status lahan tanah yang masih belum mendapat uang ganti rugi akibat tanah tersebut merupakan tanah milik Kementerian Kehutanan.
“Tanaman perkebunan produktif yang kami miliki sudah berkurang banyak dan berimbas luas tanam, menyusut, terimbas tol Sumatera dengan asumsi per bulan kami bisa panen jutaan. Kini kami sudah tidak panen dan belum bisa membeli lahan karena uang ganti rugi lahan belum dibayar,” ungkap Warji, salah satu petani pekebun di Dusun Buring Desa Sukabaru Kecamatan Penengahan saat dikonfirmasi Cendana News, Rabu (16/8/2017).