Dongkrak Nilai Jual Singkong sebagai Produk Olahan Tradisional
LAMPUNG – Harga jual komoditas singkong yang masih cukup rendah di tingkat petani berimbas pada keengganan petani menjual hasil pertanian singkong ke para pengepul singkong dengan harga Rp600 per kilogram, sebab sebagian besar petani penanam singkong berharap harga bisa stabil di atas Rp1 ribu per kilogram. Selain faktor kebutuhan pabrik yang masih rendah, sementara petani melakukan panen dalam jumlah banyak, berimbas pada anjloknya harga singkong di tingkat petani.
Selain harga yang rendah saat datangnya musim kemarau, menurut Ahmad salah satu petani singkong di Desa Gandri Kecamatan Penengahan, sebagian menanam jenis singkong dari varietas singkong Thailand dan sebagian menanam singkong roti yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan tepung tapioka. Sebagian petani bahkan terpaksa menjual komoditas singkong dengan resiko mengalami kerugian akibat harga jual tak bisa menutupi biaya operasional mulai dari pengolahan, pemupukan, penyemprotan hingga pemanenan.
“Kami belum bisa menikmati hasil yang maksimal namun sebagai upaya menekan kerugian mau tak mau kami harus menjual singkong yang kami tanam agar tidak terlalu rugi ke pengepul untuk dikirim ke pabrik tapioka,” terang Ahmad salah satu petani singkong di Desa Gandri Kecamatan Penengahan Kabupaten Lamsel saat dikonfirmasi Cendana News, Senin (14/8/2017).
Keluhan Ahmad akan anjloknya harga singkong tersebut diakui juga oleh Hamroh yang juga memiliki suami sebagai petani komoditas pertanian singkong dan jagung. Meski dirinya memiliki solusi untuk peningkatan nilai jual ubi kayu tersebut. Hamroh menyebut dengan berbekal keahlian pengolahan makanan tradisional berupa keripik pisang, lemet singkong dan manggleng singkong serta olahan makanan tradisional lainnya, ia mengolah keripik dari singkong.