Areal persawahan yang terkepung atau berada dekat dengan lokasi industri pembuatan pipa baja, di antaranya PT Siapi, Dermaga Pelabuhan milik PT Bandar Bakau Jaya (BBJ) hingga kini juga tetap dipertahankan. Yanto mengungkapkan, selama masih bisa dimanfaatkan tanpa mendirikan bangunan permanen di wilayah tersebut, beberapa penggarap masih boleh memanfaaatkan lahan rawa-rawa untuk aktivitas menanam sayuran seperti jenis genjer dan kangkung pada tanggul-tanggul tanaman palawija.
Menurut Yanto, luas wilayah lahan basah yang nyaris semula tak dimanfaatkan untuk lahan pertanian tersebut, kini terlihat menghijau, meski sudah terkepung dengan banyaknya pembangunan industri skala besar, dan yang sebagian akan menggusur lahan persawahan karena telah membelinya untuk digunakan sebagai pengembangan pelabuhan dan industri dengan proses reklamasi dan penimbunan. “Harapan kami, kawasan ini tidak ditimbun untuk menjadi kawasan industri. Jika ditimbun akan menyebabkan banjir, karena kawasan ini masih tetap berfungsi sebagai kawasan resapan,” ungkapnya.
Proses penimbunan serta hilangnya drainase di kawasan depan PT BBJ tersebut pernah mendapat peninjauan dari Kepala Desa Bakauheni. Sebab, sebagian kawasan yang mengalami penimbunan dan tidak memiliki daerah resapan berimbas terjadinya banjir. Bahkan, banjir yang terjadi pernah mengakibatkan air sungai meluap ke jalanan dan mengakibatkan kemacetan lalu-lintas. Persoalan tersebut masih terus dicarikan solusi termasuk penggantian saluran air, namun karena lokasi jalan yang merupakan jalan nasional, membuat pihak desa belum bisa berbuat banyak, dan harus menunggu langkah konkrit dari Pemerintah Pusat, terkait penanganan di Jalan Lintas Pantai Timur yang kerap banjir tersebut.
Jurnalis: Henk Widi/ Editor: Koko Triarko/ Foto: Henk Widi