Perlu Dijaga Keseimbangan
Pembedaan antara petani lahan basah dan lahan kering harusnya perlahan demi perlahan dihilangkan. Pemerintah selama ini lebih banyak mencurahkan tenaga, pikiran dan bantuan bagi petani lahan basah saja. Hal ini yang harus dijaga, tegas Win, perlu dibangun keseimbangan perhatian antara petani lahan basah dan lahan kering, antara hulu dan hilir untuk mendorong petani di sekitar mata air menjaga mata air, tidak masuk merambah hingga ke dekat mata air.
Selain itu, sambung Win, persoalan ketergantungan terhadap sarana produksi pertanian dari luar. Ketika melihat petani lahan basah, di areal persawahan sangat kental dengan aspek kimiawi sementara banyak persoalan di areal sawah yang tidak bisa diselesaikan dengan konsep kimiawi.
“Kami di WTM menawarkan konsep pertanian organik baik di areal lahan basah maupun lahan kering agar ketergantungan petani terhadap pihak luar akan berkurang bahkan tidak ada lagi,” ungkapnya. Alumni Politani Kupang ini melihat bahwa semua komoditi dianalisa dengan urusan ekonomi dan tidak ada suatu pemisahan yang jelas antara membangun kedaulatan pangan dan membangun ekonomi petani. Dengan demikian, lanjutnya, semua komoditii diukur dengan nilai ekonomi. Misalnya jagung, ada petani yang tidak mau menanam benih jagung yang dibagikan karena jagungnya cepat rusak kalau disimpan.
“Bila disampaikan seperti ini berarti petani tersebut masih melihat jagung sebagai urusan pangan. Bukan bernilai ekonomi meski mereka pun kerap menjualnya kalau membutuhkan uang,” terangnya. Di sisi lain, sebut pendiri WTM ini, pemerintah mendorong pengembangan jagung dengan perhitungan ekonomi sebab bila ditanam hasilnya lebih banyak dan harganya pun lebih mahal sehingga bisa mendatangkan pendapatan lebih bagi petani.