SENIN, 6 FEBRUARI 2017
JAKARTA — Jejak Pemberdayaan Yayasan Damandiri — Sarjana Bahasa Asing, tapi bekerja di sebuah perusahaan tambak udang. Pekerjaan yang melenceng jauh dari latar-belakang pendidikan, namun berhasil dijalani oleh Ade Sri Lestari, akrab disapa Ade, Penanggung Jawab Kelompok 4 (PJ4) Tanggung Renteng, Tabur Puja Posdaya Bacang, binaan Yayasan Damandiri.
Ade Sri Lestari |
Lahir di Jakarta pada 5 Februari 1977, Ade menyelesaikan pendidikan Bahasa Jepang di Akademi Bahasa Asing (ABA) Jakarta pada 2000. Setelah tamat kuliah, ia langsung bekerja di perusahaan pengelolaan tambak udang di Provinsi Gorontalo, yang berkedudukan di Jakarta Selatan. Tanpa sadar, di tempat inilah Ade mendapat banyak asupan ilmu budi-daya ikan konsumsi.
Awal 2003, Ade memutuskan menikah sambil meneruskan pekerjaannya. Ia melakukan itu, karena ingin terus menyerap ilmu budi-daya ikan konsumsi dari tempatnya bekerja. Ade semakin tertarik dengan dunia itu dan sesekali ia pun membeli buku serta rajin mengumpulkan artikel-artikel cara budi-daya ikan dari koran, majalah maupun sumber lainnya.
Namun, di tengah semakin tertariknya ia belajar budi-daya ikan, Ade justru harus menerima kenyataan pahit, karena perusahaan tempatnya bekerja gulung tikar. Akibat peristiwa tersebut, Ade memutuskan untuk meninggalkan dunia kerja dan fokus sebagai ibu rumah tangga. Tapi, ketertarikannya terhadap budi-daya ikan tetap dipelajarinya, bahkan ia sudah memiliki referensi ikan air tawar konsumsi untuk dikembangkan, yakni ikan lele.
Setelah sekian lama belajar, Ade menarik kesimpulan, bahwa budi-daya ikan itu sulit dan butuh ketekunan serta kesabaran tinggi. Selain itu, juga butuh modal yang cukup besar. Walau begitu, ia tetap mencobanya. Setelah mendapat dukungan dari suami, Ade memulai pengalaman pertamanya dengan membudi-dayakan ikan lele di kediaman mertuanya di daerah Bogor. “Saya mulai memelihara ikan lele dari masih burayak atau anakan lele, hingga mencapai ukuran ideal untuk dijual sebagai ikan konsumsi,” kenang Ade.