MINGGU, 29 JANUARI 2017
MAUMERE — Data yang dirilis BPS Pusat tahun 2016 menyebutkan, provinsi NTT menempati peringkat ketiga provinsi miskin di Indonesia. Hal tersebut berbanding terbalik dengan kondisi tanah di NTT termasuk subur namun belum diolah dengan baik.
Yakobus Jano, ketua koperasi kredit Pintu Air |
Ketua Koperasi Kredit Pintu Air, Yakobus Jano menyebutkan, Provinsi NTT sebenarnya bukan miskin hanya masyarakatnya yang belum menyadari potensi yang dimiliki.
“Kalau provinsi miskin tentu tidak ada orang dari luar NTT yang datang berusaha di NTT. Kita tidak menyadari potensi kita dan kerja hanya cukup untuk makan saja bukan untuk ditabung,” tegasnya saat ditemui Cendana News, Jumat (27/1/2017).
Yakobus mencontohkan, nenek moyang dahulu mempunyai kelapa ratusan bahkan ribuan pohon namun sekarang hanya tersisa beberapa pohon saja, Generasi penerus tidak merawat dan mengembangkannya hanya bisa menghabiskannya saja.
“Budaya boros, pesta pora yang masih menjadi kebanggan dan ini penyakit yang harus kita perangi bersama,” ungkapnya.
Yakobus menambahkan, budaya boros ini yang masih ada dan masih sulit dihilangkan sebab ada kebanggan tersendiri bila bisa mengadakan pesta besar padahal hanya menghamburkan uang saja.
“Tiap kali pertemuan koperasi kami selalu mengimbau masyarakat agar bekerja keras dan berhemat tapi masyarakat dan angggota tidak mau melaksanakannya,” sesalnya.
Ditambahkan salah satu pendiri Kopdit Pintu Air ini, sejak awal mendirikan koperasi, pihaknya sudah mendengungkan agar budaya ini bisa diperbaiki, harus ada perubahan mental.
“Sumber daya alam kita belum diolah secara maksimal padahal budaya boros tetap dipertahankan sehingga ini yang membuat orang tetap berada di garis kemiskinan,” terangnya.