Kreatif, Kerajinan Manik Kamto Bertahan Sejak 1972

Warga Jalan Sinom Parijoto, Kecamatan Ponorogo ini mengaku sudah menjalankan usaha ini sejak 1972 lalu. Awal mulanya karena kawasan kampung ini memang dikenal sebagai kampung pembuat hiasan dinding dari manik-manik, meski saat itu usianya masih menjadi siswa di Sekolah Dasar (SD), ia tetap semangat belajar membuat hiasan manik-manik dari sang ayah.

“Selain bernuansa reog, saya juga bisa melayani sesuai permintaan pembeli, ingin dibuatkan hiasan seperti apa, saya bisa,” jelasnya kepada Cendana News saat ditemui di rumahnya, Senin (23/1/2017).

Saat ini, Kamto hanya melayani hiasan dinding manik-manik untuk satu ukuran saja, yakni 1,2 x 1,2 meter persegi. Dijual dengan harga Rp1 juta. Hal ini dikarenakan hiasan tersebut nantinya diberi hiasan pigura dan lampu hias sehingga semakin apik untuk dilihat.

“Kalau untuk bahan baku sekarang bisa dijumpai di mana saja, di Ponorogo sudah banyak,” ujarnya.

Untuk bahan yang digunakan Kamto antara lain, kain beludru, monte putih, monte merah dan berbagai jenis dan ukuran monte lainnya.

“Tapi sekarang, saya hanya sanggup mengerjakan dua pigura saja per bulan, karena selain karena usia saya yang bertambah, juga kerjaan utama saya sebagai muadzin di masjid depan rumah,” terangnya.

Menurutnya, pengerjaan hiasan ini tidak bisa sembarangan. Harus rapi dan rapat saat menyusun monte, kalau tidak bisa cepat rusak karena longgar. Selain usaha ini, Kamto juga melayani pesanan baju untuk penari reog.

“Pengerjaannya sesuai dengan pesanan saja, kalau tidak ada yang pesan ya tidak buat, karena ini menurut saya sebagai usaha sambilan,” pungkasnya.