Bantu Nenek Cari Uang, Bocah ini Kumpulkan Pasir Kali

MINGGU, 15 JANUARI 2017

LAMPUNG — Demi menggapai masa depan, terik matahari tidak menyurutkan tiga orang anak kelas enam sekolah dasar untuk membantu neneknya mengeluarkan pasir dari sungai dan mengangkutnya ke tempat penampungan sementara. Sambil berteduh di bawah dahan kelapa sawit mereka terlihat sedang menikmati istirahat siang menikmati bekal yang dibawa dari rumah.
Adit [paling depan] mengangkut karung berisi pasir dari tepi sungai untuk dibawa ke lokasi pengumpulan berjarak 100 meter
Bagi sang nenek aktifitas mencari pasir kali sudah dilakoninya sejak beberapa tahun belakangan dengan bermodalkan sebuah piring bekas dan karung kecil yang digunakan untuk mengangkut pasir kali tersebut ke tempat pengumpulan yang ada di tepi sungai. Namanya Minuria (75) warga Dusun pahabung Desa Ruang Tengah Kecamatan Penengahan sejak pagi sudah berangkat dari rumah menuju tepian sungai yang berjarak sekitar dua kilometer dari rumahnya. Berbekal nasi yang dibungkus daun pisang dan lauk ikan asin serta sayur daun singkong sang nenek mengajak serta sang cucu, Adit (12) yang masih duduk di bangku sekolah kelas enam di Desa Klaten Kecamatan Penengahan.
Bagi Minuria, pekerjaan mencari pasir menjadi mata pencaharian yang paling mudah dilakukannya karena selain tidak memerlukan keahlian khusus, berbekal tenaga yang sudah mulai renta dirinya tetap semangat meski tertatih tatih mencari pasir. Ia bahkan lebih sering beristirahat dan membiarkan satu cucunya yang dibantu oleh dua anak yang masih dianggap cucu diantaranya Dandi (11) yang duduk di bangku sekolah kelas 5 Sekolah Dasar dan Dimas (9) siswa kelas 3 sekolah dasar. 
Minuria membutuhkan waktu sekitar satu pekan untuk memperoleh satu tumpukan pasir dengan ukuran satu unit mobil L300 yang dibeli oleh pengepul pasir dengan harga Rp110ribu hingga Rp150ribu. Setiap karung yang dibawanya dari pinggir sungai harus diangkutnya dengan jarak 100 meter menuju ke lokasi pengumpulan pasir.
“Ini saya sedang istirahat sambil merebus pisang matang serta singkong untuk makan siang karena tengah hari kami harus istirahat sebelum melanjutkan mengangkut pasir lagi hingga sore hari,”terang Minuria saat ditemui Cendana News di tepian Sungai Way Pisang Kecamatan Penengahan, Minggu siang (15/1/2017).
Minuria (75) sang nenek yang juga mencari pasir beristirahat sambil menunggu memasak singkong dan pisang
Bersama tiga cucunya tersebut Minuria mengaku mengumpulkan pasir yang berasal dari tepian sungai sembari menunggu pengepul pasir membeli pasir yang telah dikumpulkannya. Dalam satu bulan rata rata Minuriah mengaku mendapatkan uang sebesar Rp400ribu untuk empat rit ukuran kendaraan L300. 
Sang nenek, Minuria, mengaku tidak meminta cucunya untuk ikut mencari pasir. Namun ia mengaku terus mencari pasir dari tepian sungai Way Pisang karena pasir yang terbawa arus sungai saat ini cukup melimpah semenjak banjir besar yang terjadi sebelumnya. Sang cucu menurut Minuria mencari pasir atas keinginan sendiri meski sebagai sang nenek ia masih tetap memberi uang dan juga membelikan alat alat keperluan sekolah bagi sang cucu. 
Diusianya yang renta dengan tenaga yang masih dimilikinya ia mengaku akan tetap memanggul pasir kali yang dianggapnya sebagai anugerah dari sang pencipta untuk dimanfaatkan oleh orang orang yang tetap mau bekerja keras. Selesai istirahat dengan berteduh di bawah pohon kelapa sawit, Minuria bersama sang cucu melanjutkan mencari pasir dengan mengharapkan ada pembeli sehingga mereka bisa kembali ke rumah dengan membawa uang. Uang tersebut bagi Minuria digunakan untuk membeli beras, bumbu serta keperluan lain untuk bertahan hidup.
Sementara itu, sang cucu yang masih duduk di bangku sekolah akan membantu neneknya mencari pasir setelah pulang sekolah dan mencari pasir sepanjang hari saat hari libur.
Adit, sang cucu yang duduk di bangku sekolah kelas 6 mengaku mencari pasir dengan menggunakan karung bekas yang diangkut dari tepian sungai Way Pisang. Paska banjir besar ia mengakui pasir yang terbawa di tepian sungai menumpuk sehingga cukup bermodalkan karung dan piring kecil ia bersama dua anak seusianya dengan mudah memindahkan pasir ke tempat pengumpulan.
Namun jika kondisi sungai tidak banjir, ia terpaksa harus menyelam di tepian sungai bahkan hingga ke tengah sungai untuk menyelam mengambil pasir yang masih basah ke tepian sungai dan setelah kering baru diangkut ke tempat pengumpulan.
“Kalau pasir yang ada di pinggir kali habis mau tak mau harus menyelam ke dasar sungai menggunakan ember atau ember bambu lalu dipinggirkan ke sungai,”terang Adit.
Dalam sehari Adit mengaku setelah pulang sekolah pada hari biasa bisa mengangkut sebanyak 100 karung, sementara saat hari libur dirinya bisa mengangkut pasir sebanyak 400 karung yang dikerjakan secara bersama sama dengan dua anak seusianya. 
Berjalan kaki sejauh 100 meter dengan memanggul pasir di dalam karung diakui Adit merupakan hal yang melelahkan, namun ia mengaku melihat sang nenek yang sudah tua dan masih bisa bekerja mengangkut pasir kali dirinya pun ikut membantu sang nenek dengan mencari uang sendiri. Meski sang nenek mencari uang sendiri dan memperoleh uang sendiri terkadang Adit masih mendapatkan uang jajan dari sang nenek sehingga ia memutuskan untuk ikut membantu.
Mengangkut pasir, mengumpulkan pasir dan menjual pasir dari pasir yang dikumpulkan di kali menurut Adit membuatnya tahu sulitnya mencari uang. Ia bahkan mengaku, setelah kelas 6 SD dan nantinya lulus melanjutkan ke bangku sekolah menengah pertama (SMP) dirinya terus menabung dari menjual karung demi karung pasir yang jumlahnya cukup untuk dijual setelah mencapai ukuran sebanyak satu bak kendaraan L300 dengan dibeli seharga Rp150ribu untuk kualitas pasir tanpa campuran kerikil dan tanah, sementara untuk pasir yang masih perlu diayak dan bercampur tanah dan kerikil dibeli dengan harga Rp110ribu.
Uang yang telah diperoleh akan dibagi rata bersama dua rekannya sehingga masing masing mendapat uang Rp50 ribu jika harga pasir dibeli sebesar Rp150ribu satu rit. Uang tersebut diakuinya sengaja dikumpulkan untuk membantu sang nenek tempat di mana ia tinggal dan sebagian digunakakan untuk membeli keperluan alat sekolah. Bahkan ia berencana mencari uang dengan mengumpulkan pasir untuk membeli sepeda. 
Sepeda tersebut rencananya akan digunakan untuk memudahkannya berangkat ke sekolah saat SMP dan saat pulang sekolah sepeda tersebut akan bisa digunakan untuk mengangkut pasir dari kali sehingga dirinya tak perlu lagi memanggul karung plastik.
Adit (12) dua anak seusianya mencari pasir di Sungai Way Pisang untuk mencari uang demi membeli alat sekolah
Adit, Dandi dan Dimas yang bekerja bersama sang nenek mengaku tak pernah merasa lelah dan malu bahkan meski kawan kawan seusianya sibuk bermain. Ia mengaku mencari pasir di kali bersama sang nenek merupakan kesempatan untuk mengisi waktu bermain sambil mencari uang. 

Jurnalis : Henk Widi / Editor : ME. Bijo Dirajo / Foto : Henk Widi

Lihat juga...