“Tapi enggak ditelan, biasanya ada yang khawatir sate tulang mengganggu usus,” kata Hj Dahlia.
![]() |
Suasana warung sate Mahaji Sudimampir yang menjual sate tulang. |
“Kalau bumbunya sama dengan sate daging ayam. Bumbunya dari kacang, bawang merah, bawang putih, gula merah, dan kecap yang diolah jadi satu,” ujar Abdullah. Sebelum disantap, ia memanggang sate tulang setengah matang untuk dipajang di etalase warung. Sate-sate tulang setengah matang ini dipanggang kembali jika ada pembeli. “Dibakar lagi, lalu ditiriskan dengan sambal kacang,” Abdullah menambahkan.
Lantaran tak biasa menyantap sate tulang, Cendana News sekadar mencicipi rasa sate tulang di rongga mulut. Tonjolan tulang yang melekat di sela-sela daging membuat Anda mendapatkan sensasi unik ketika mengunyah sate tulang. Teksturnya kasar dan kenyal. Agar lebih nendang, Anda mesti menyantap sate tulang dengan lontong.
Menurut Abdullah, penikmat sate kerap mengkombinasikan kuliner sate tulang dan sate daging ayam. Sate tulang biasanya sekadar hidangan penutup setelah menyantap sate daging ayam.
Lapak Si Doel dan Kenang-kenangan Warung Kita merupakan dua dari sedikit warung sate yang menjual kuliner sate tulang di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Selain kedua warung itu, Cendana News menemukan Warung Sate Mahaji Sudimampir yang kebetulan menjual sate tulang. Tiga warung ini tetap menawarkan menu sate daging dan hati ayam, selain sate tulang. Tarif sate tulang dibandrol Rp 2-3 ribu per tusuk.
“Setahu saya, pedagang sate yang menjual sate tulang hanya di dekat pertigaan Jalan Sutoyo dan Jafri Zam-Zam,” kata pakar kuliner asal Banjarmasin, Agus Sasaringan. Menurut Agus, pamor sate tulang Banjarmasin memang tidak sekinclong Soto Banjar atau Ketupat Kandangan. Padahal, Agus mengakui, nama sate tulang Banjarmasin sebenarnya cukup mencorong di kancah nasional.