Museum Batik Pekalongan, Workshop Membatik Semakin Menguatkan Animo

MINGGU, 23 OKTOBER 2016

JAKARTA — Dalam perhelatan nasional Pekan Produk Budaya Indonesia 2016 (PPBI 2016) di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) yang diadakan sejak 19-23 Oktober 2016 turut ditampilkan beberapa kekayaan budaya indonesia yang sudah diakui dunia atau mendapatkan lisensi sebagai warisan budaya dunia. Salah satunya adalah Batik.
Untuk PPBI 2016 ini maka dari anjungan Batik diberi kesempatan kepada Museum Batik Pekalongan untuk menampilkan berbagai koleksi yang dimiliki sekaligus mengadakan acara-acara menarik di lokasi pameran yang berkaitan dengan Batik.
Museum Batik Pekalongan mengangkat tema berupa Workshop Batik. Alasannya untuk mengangkat tema ini dibanding tema pameran koleksi Batik adalah dengan membuka workshop maka masyarakat atau pengunjung PPBI 2016 maupun pengunjung TMII yang singgah ke ajang PPBI dapat langsung mempraktekkan cara membatik.
” Dengan begitu masyarakat nantinya lebih menyadari bahwa Batik bukan sekedar kain biasa yang dilukis atau Batik bukan sekedar komoditi dagang tekstil semata, melainkan Batik itu adalah sebuah warisan leluhur bangsa indonesia yang mana untuk membuatnya membutuhkan ketekunan serta skill yang tinggi,” terang Heri Dwi Prasetyo, Staf Museum Batik Pekalongan kepada Cendana News.
” Kalau begitu apakah bisa anggota masyarakat baik dewasa maupun remaja menjadi seorang pembatik? tentu bisa, karena yang diperlukan hanya ketekunan dan bagaimana ia dapat memahami Batik itu dengan sebaik-baiknya,” lanjut Heri.
Workshop membatik yang diadakan oleh Museum Batik Pekalongan ternyata mendapat atensi luar biasa dari para pengunjung. Dan yang paling membanggakan adalah mereka yang dengan antusias meluangkan waktu untuk belajar membatik adalah para pelajar, otomatis dari golongan generasi muda.
Bahkan instruktur Batik yang khusus dibawa dari pekalongan benar-benar dibuat kewalahan melayani para remaja yang ingin belajar membatik. Akhirnya untuk memfasilitasi keinginan setiap orang maka pihak museum membagi dua kelompok besar dimana masing-masing kelompok ditangani oleh satu orang instruktur.
Kemudian dari masing-masing kelompok besar itu dipecah-pecah lagi menjadi grup-grup kecil yang nantinya secara bergiliran menerima pelajaran praktek membatik dari instruktur yang bertugas.
” Artinya pilihan kami untuk menonjolkan workshop Batik ketimbang sekedar pameran koleksi Batik sudah tepat. Lihat saja atensi pengunjung, dan kami sudah menduga akan mendapat respon bagus tapi respon seperti ini benar-benar diluar ekspektasi, dan kami sangat senang,” papar Heri lagi.
” Akan menjadi tiga hari yang melelahkan di PPBI 2016 ini, tapi semuanya terbayar lunas dengan animo para generasi muda yang begitu luar biasa ini,” pungkas Heri.
Namun selain mengadakan workshop, Museum Batik Pekalongan tetap membawa beberapa koleksi Batik andalan mereka.
Pantauan Cendana News di lokasi memang terlihat sangat berbeda animo para pengunjung terkait workshop Batik yang diadakan Museum Batik Pekalongan. Bahkan acara Dialog Nasional Kebudayaan Indonesia 2016 dengan Tema ” Percepatan Pembangunan Nasional Melalui Peran Kebudayaan ” yang diadakan tepat berhadapan area workshop Batik dengan makan siang berlimpah berikut pembicara mumpuni dibidangnya tampak sepi pengunjung. Padahal panitia sudah menghimbau bagi seluruh pengunjung untuk mengikuti diskusi tersebut namun mereka memilih mengikuti workshop Batik.
Menanyakan kepada sekelompok pelajar yang menunggu giliran untuk membatik maka Cendana News bertemu dengan Anita, seorang siswi sebuah SMK Negeri dari Tangerang selatan.
” Gak ada tugas ekstra kurikuler sih di sini, cuma aku pengen aja ngerasain membatik. Kan kalau lihat motif-motifnya suka penasaran koq bisa ya pembatik melukis yang rumit kaya begitu. Jadi mending ikut workshop aja deh,” tutur Anita ketika ditanya Cendana News mengapa ia dan teman-temannya memilih ikut workshop Batik dibanding ikut acara Dialog nasional.
Berbeda dengan rombongan pelajar dari SMA Perguruan Santo Antonius bernama Richard. Walaupun ia seorang pria, tapi dengan melihat Batik selama ini sebenarnya sudah muncul rasa ingin tahu yang besar akan tetapi belum menemukan tempat yang tepat untuk bertanya.
” Setiap hari jumat pakai Batik, semakin penasaran aja jadinya. Kalau tentang Batik itu sendiri secara teori ya sudah dapat di sekolah. Tapi pengen tahu aja lebih mendalam makanya saya milih ikut workshop Batik,” kata Richard yang disambut anggukan beberapa rekannya yang kesemuanya laki-laki.
Bukan melihat acara siapa yang lebih banyak diminati, akan tetapi pesan dari kenyataan yang terjadi di lapangan menandakan bahwa ada suatu keadaan dimana masyarakat dengan sendirinya tersadar bahwa kebudayaan bukan melulu harus didiskusikan. Akan tetapi bagaimana cara sebuah lembaga dalam mengelola kegiatan yang akhirnya membuat masyarakat terhenyak bahwa inilah kebudayaan bangsa indonesia yang harus mendapat atensi dari bangsanya sendiri.
Sebenarnya bukan sekedar atensi, tapi mendapat tempat di hati bangsanya sendiri sampai kapanpun.


Jurnalis : Miechell Koagouw / Editor : Rayvan Lesilolo / Foto : Miechell Koagouw

Lihat juga...