MINGGU, 4 SEPTEMBER 2016
YOGYAKARTA — Selama ini, belum ditemukan solusi medis untuk menyembuhkan cacat pendengaran atau tuli bawaan lahir, kecuali hanya dengan alat bantu dengar atau implan. Namun dengan terapi buka syaraf, tuli bawaan lahir mampu sembuh total dan permanen.

Meski masih menjadi kontroversi di dunia medis, namun pada kenyataannya terapi tuna rungu dengan metode buka syaraf yang diperkenalkan oleh warga Desa Banyuaran, Ngoro, Jombang, Jawa Timur, Mister Mas Udin, mampu menyembuhkan ribuan penderita cacat pendengaran atau tuli bawaan lahir. Bahkan, hanya dalam waktu kurang lebih 14 menit.
Terapi tuna rungu metode buka syaraf yang mulai diperkenalkan sejak tahun 2010 di Indonesia oleh penemunya itu, memang mengejutkan. Karenanya, di awal kemunculannya di Jombang, metode tersebut sempat membuat heboh sekaligus kontroversial, sehingga sempat pula mendapatkan penolakan dari sejumlah pihak.
Mister Mas Udin, ditemui Sabtu (3/9/2016) malam, usai menerapi sejumlah pasien tuna rungu di Pondok Pesantren Ora Aji, Purwomartani, Kalasan, Sleman mengatakan, terapi tuna rungu metode buka syaraf tersebut pada awalnya dipelajarinya secara otodidak. Namun, guna lebih mengembangkannya Mas Udin kemudian memperdalam ilmu totok syaraf di Kuala Lumpur, Malasyia.
“Di situlah saya menemukan dan mengenal syaraf-syaraf telinga yang sebelumnya dan bahkan hingga kini belum dikenal atau belum bisa dijelaskan secara medis,” ujarnya.
Setelah yakin dengan penemuannya itu, tahun 2004 Mas Udin mulai berkeliling ke beberapa negara di Asia seperti Malasyia, Singapura, Kamboja, Vietnam dan Thailand. Lalu, pada tahun 2010 Mas Udin kembali ke Indonesia dan memperkenalkan metode buka syaraf untuk pengobatan tuna rungu tersebut.
Mas Udin menjelaskan, terapi tuna rungu yang ditemukannya itu dilakukan dengan menotok atau membuka syaraf-syaraf telinga yang secara medis dianggap mati. Hanya dalam waktu 14 menit, penderita tuna rungu mampu disembuhkan dengan metode tersebut.
Namun demikian, tentu saja pasien tidak serta merta bisa lancar berkomunikasi secara verbal, karena belum terbiasa mendengar suara. Karena itu, setelah dibuka syarafnya, pasien harus dilatih untuk mengenal suara dengan musik, dan secara perlahan dan rutin diajak berinteraksi dengan suara.
Tak hanya pasien tuna rungu bawaan lahir yang masih berusia anak-anak, metode buka syaraf juga mampu menyembuhkan tuna rungu yang telah diderita selama puluhan tahun. Hal ini seperti yang dialami oleh seorang pasien tuna rungu asal Jakarta, Hajjah Kartila Syari (32). Kartila yang sehari-hari disapa Lala itu diketahui terganggu pendengarannya sejak usia 12 tahun.
Saat itu, kedua orangtuanya sudah melakukan berbagai upaya medis guna menyembuhkan ketuliannya. Namun, sekian banyak profesor kedokteran tak ada yang mampu menyembuhkannya, kecuali hanya memberinya alat bantu dengar atau implan.
Ayah Lala, Haji Abdul Latif mengatakan, alat bantu dengar itu pun hanya mampu membantu sedikit sekali. Bahkan, setiap 2-3 tahun harus ganti dan harganya mahal. Karenanya, dengan kesembuhan yang sama sekali tidak terduga itu, Abdul Latif merasa sangat bersyukur.

Apalagi bagi Lala, yang selama 20 tahun lebih harus menanggung rasa minder karena cacat pendengarannya itu. Lala bahkan tak kuasa menahan air mata, seuasi diterapi dan langsung bisa mendengar suara tanpa alat bantu dengar. Bahkan, langsung bisa mendengar suara panggilan dari jarak sekitar 30 meter.
“Saya sangat bersyukur sekali bisa sembuh. Semoga hidup saya juga bisa lebih bermanfaat dan cukup saya saja yang merasakan betapa mindernya ketika tidak bisa mendengar,” ungkap Lala.
[Koko Triarko]