SABTU, 21 MEI 2016
YOGYAKARTA — Di bulan Mei ini, sekiranya ada yang luput dari perhatian sebagian besar masyarakat. Yaitu, Hari Buku Nasional. Momentum hari buku nasional itu, pun sejak dulu juga dirasa tak berdampak apa-apa terhadap meningkatnya minat baca dan minat beli buku. Ini seperti diungkapkan oleh seorang penjual buku di kawasan Pasar Terban, Kota Yogyakarta, Sarno, yang ditemui Sabtu (21/5/3016).
![]() |
Sarno, penjual buku di kawasan Pasar Terban Yogyakarta |
Menurut Sarno, momentum peringatan hari buku nasional tak memberi kesan apa pun bagi para penjual buku. Sarno yang sudah berjualan buku sejak tahun 2006 lalu, pun tidak pernah merasa ada greget dan peningkatan penjualan buku dari adanya hari peringatan buku nasional. Diakuinya, perkembangan minat baca masyarakat tidak selalu berbanding lurus dengan minat beli buku. Apalagi, dengan tingkat daya beli buku di kalangan masyarakat.
Namun demikian, Sarno yang sehari-hari berjualan buku di kawasan Pasar Terban, Kota Yogyakarta berharap ada upaya lain yang bisa dilakukan oleh dinas terkait, agar setiap momentum hari buku nasional bisa berdampak pada meningkatnya minat baca dan minat beli buku di masyarakat. “Apalagi, di Kota Yogyakarta yang merupakan kota pendidikan ini”, ujarnya.
Selama ini, lanjut Sarno, penjualan buku berjalan normal saja. Buku-buku laris terjual sesuai momentumnya. Misalnya, pada saat menjelang ujian dan masuk sekolah, buku-buku pelajaran dari tingkat Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi akan laku keras. Sekarang, katanya, menjelang bulan Ramadhan ini orang mulai banyak mencari buku-buku agama seperti Alquran dan Iqro.
Menurut Sarno, penjualan buku selama ini relatif tidak menemui kendala berarti. Namun, sejak sejak dua tahun terakhir ini perkembangan teknologi informasi mulai dirasa memberi dampak menurunnya penjualan buku. Mudahnya akses informasi apa pun yang bisa diperoleh melalui gadget, kata Sarno, sangat berdampak pada menurunnya omset penjualan buku hingga 50 Persen.
Guna mensiasati penurunan buku akibat penggunaan internet dan gadget, Sarno dan para penjual buku lainnya mencoba melakukan pemasaran buku melalui online. Kendati hasilnya belum maksimal, namun diakui Sarno upaya itu sementara ini cukup membantu.
Sementara itu, terkait isu adanya buku-buku yang mengandung ajaran komunis, Sarno mengatakan, jika di kawasan Pasar Buku Terban selama ini tak pernah ada buku-buku bermuatan semacam itu. Kecuali, buku-buku karangan Pramudya Ananta Tur, seperti yang berjudul Jejak Langkah, Bumi Manusia, Arus Balik, Anak Semua Bangsa, dan lainnya.
Hari Buku Nasional diperingati setiap tanggal 17 Mei. Penetapan tanggal tersebut dipilih berdasarkan hari didirikannya Perpustakaan Nasional Republik Indonesia di Jakarta pada tanggal 17 Mei 1980. Diharapkan, dengan adanya Hari Buku Nasional tersebut, minat baca buku masyarakat bisa terus meningkat. (Koko)