MINGGU, 20 MARET 2016
Jurnalis : Henk Widi / Editor : Fadhlan Armey/ Sumber Foto: Henk Widi
LAMPUNG — Dengan hanya bermodal kemauan dan semangat, pada tahun 1997, Siagian (45) mencoba menekuni usaha pembuatan teralis dengan peralatan seadanya, dengan nama bengkel las David Jaya, di Desa Pasuruan.
![]() |
Bengkel Las |
Seiring berjalannya waktu, tingginya permintaan akan teralis membuat Ia semakin menekuni profesinya tersebut, berbagai motif pun Ia kerjakan demi menarik pelanggan.
Munculnya tren rumah minimalis yang banyak menggunakan eksen dan tambahan setuhan pemanis berupa pagar besi membuat usahanya banyak mendapat pesanan. Adapun bahan yang Ia gunakan terbuat dari besi tempa dan besi holo yang sekarang banyak dipesan oleh warga di wilayah beberapa kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan.
“Saya menerima pesanan dari luar wilayah meski bahan baku besi holo, besi pipa saya datangkan dari Tanjungkarang saya kerjakan di bengkel sederhana milik saya ini,”ungkap Siagian.
Pembuatan hingga menggunakan hari libur seperti ini dilakukan karena banyaknya permintaan dari masyarakat diantaranya pagar, teralis.
Adapun Proses pengerjaannya dimulai dari pembentukan pola, pemotongan, pengelasan serta tahap penyelesaian dengan menghaluskan dan melakukan pengecatan, sehingga membuat usahanya memerlukan tambahan tenaga kerja.
Ia mengaku, awalnya melakukan pekerjaan di bengkelnya hanya bersama dua orang pekerja yang membantunya hingga kini sudah memiliki sebanyak empat pekerja yang memiliki tugas masing masing.
Proses pengerjaan pembuatan pagar sangat diperlukan teliti, karena ia tak ingin mengejar cepat selesai dengan menghilangkan kerapian dan ketepatan dalam pengelasan. Proses yang dilakukan untuk membuat pagar diakui bisa diselesaikan dalam tempo dua pekan dan bahkan bisa lebih, tergantung ukuran yang diminati konsumen.
Pelanggan biasanya akan disediakan beberapa pola pagar, teralis sesuai dengan katalog yang disediakan oleh bengkel miliknya. Kerapian dan kekuatan pagar buatan bengkel miliknya membuat pemesan dari wilayah kecamatan lain bahkan dari luar provinsi mempercayakan pembuatan pagar besi kepadanya.

Usaha Kecil Menengah (UKM) yang ditekuni oleh Siagian diakuinya merupakan binaan dari salah satu perusahaan yang melihat keseriusan Siagian dalam mengusahakan bisnis tersebut dari nol. Tambahan modal dari perusahaan yang sekaligus menjadi pembina bagi usaha kecil dimanfaatkan untuk membeli peralatan kerja serta bahan baku. Ia mengaku bantuan dari pemerintah setempat baik berupa pendampingan dan modal diakui justru tidak ada sama sekali.
“Modal kecil tapi sebagian meminjam di bank dan juga bantuan dari perusahaan yang menjadi mitra sekaligus pendamping yang membuat usaha saya bertahan dan berkembang,”ungkapnya.
Ia mengakui harga yang ditawarkan olehnya pun tetap bersaing dengan pemilik bengkel las lainnya. Pembuatan teralis besi, pagar besi dibanderol dengan ongkos sebesar Rp.450 ribu permeter tergangtung bahan besi yang digunakan dan bisa dia atas Rp.500 ribu per meter, termasuk jasa pasang. Mahalnya bahan baku, proses pengerjaan yang membutuhkan tingkat ketelatenan tinggi, membuat kerajinan tersebut masih cukup mahal.
Permintaan konsumen akan pagar besi diakui Siagian salah satu faktornya adalah maraknya pencurian kendaraan bermotor yang kerap terjadi sehingga konsumen memilih pagar besi, teralis besi yang dipasang di sekitar rumah pelanggan. Selain itu beberapa pesanan yang sedang dikerjakan diantaranya pembuatan tarup dan panggung, seiring dengan maraknya bisnis penyewaan tenda, tarup dan panggung yang digunakan masyarakat untuk hajatan dan resepsi pernikahan.
“Kita juga kerjakan pesanan warga yang membuat alat untuk modal diantaranya alat panggung, tenda yang nantinya akan digunakan untuk bisnis penyewaan panggung,”ujarnya.
Selain sudah mampu mempekerjakan beberapa karyawan, usaha yang ditekuni olehnya menjadi tempat magang bagi beberapa siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang ingin belajar sekaligus magang tata cara pembuatan pagar besi.

Ia berharap dengan belajar di bengkel las miliknya, pelajar bisa membuka usaha sejenis selepas sekolah untuk menciptakan usaha baru sebagai wirausahawan. Prospek yang terbuka lebar tersebut menurut Siagian harus dimanfaatkan untuk menciptakan lapangan kerja agar tidak terjadi pengangguran di Lampung.