SELASA, 8 MARET 2016
Jurnalis : Bobby Andalan / Editor : ME. Bijo Dirajo / Sumber Foto: Bobby Andalan
BALI — Pawai ogoh-ogoh dengan tema reklamasi Teluk Benoa mendapat halangan untuk diarak keliling desa. Seperti yang dibuat anak-anak muda di Banjar Buagan, Desa Pemecutan Kelod, Kecamatan Denpasar Barat. Pemuda yang tergabung dalam Sekaa Teruna Teruni (STT) Tenaya Kusuma membuat ogoh-ogoh berbau reklamasi Teluk Benoa yang kini tengah menuai pro kontra di tengah masyarakat Bali.
Salah satu Ogoh-ogoh yang bertemakan Reklamasi Teluk Benoa |
Ogoh-ogoh tersebut bertemakan “Lindungi Bali Selamatkan Bumi” dibuat dengan dana Rp.9 juta itu berbentuk raksasa. Di tangan kanannya menggenggam bumi, sementara tangan kiri ogoh-ogoh raksasa itu menggenggam patahan eskavator.
Klian Banjar Buagan, Gede Supartha menuturkan, ogoh-ogoh tersebut memiliki pesan moral agar setiap pihak menjaga bumi dari kerusakan lingkungan. Salah satu yang disorotinya adalah persoalan sampah yang sedari dahulu seakan tak pernah menemukan solusi.
“Pesan moral menjaga lingkungan itulah yang sejatinya ingin disampaikan,” kata Supartha di banjarnya.
Supartha tak menampik jika ogoh-ogoh setinggi 2,5 meter itu juga menyimbolkan aspirasi desanya yang menolak reklamasi Teluk Benoa.
“Ogoh-ogoh ini juga menyimbolkan penolakan kami terhadap reklamasi Teluk Benoa,” ucap dia.
Ogoh-ogoh bertema tolak reklamasi Teluk Benoa bermunculan di berbagai desa. Di Jalan Gunung Agung, pemuda yang tergabung dalam Pemuda Tanah Abu juga membuat ogoh-ogoh bertema serupa.
Yudha, seorang pemuda yang mengonsep ogoh-ogoh tersebut menjelaskan, ogoh-ogoh yang dibuatnya menyimbolkan ketamakan investor terhadap reklamasi Teluk Benoa. Ogoh-ogoh yang dibuatnya yakni berupa patung tikus raksasa, di mana di tangannya menggenggam sebuah eskavator.
“Ogoh-ogoh kami bertema ‘tolak reklamasi’. Ini memang sengaja dibuat untuk menyampaikan aspirasi kami dalam penolakan reklamasi Teluk Benoa. Ini sebagai bentuk kecintaan kami terhadap Bali,” kata Yudha.
Tak hanya di Denpasar, di Kabupaten Badung, tepatnya di Banjar Kancil, Desa Adat Kerobokan, Kecamatan Kuta Utara, pemuda yang tergabung dalam Sekaa Teruna-Teruni (STT) Eka Dharma Canthi juga membuat ogoh-ogoh serupa. Ogoh-ogoh yang merupakan Jogormanik tengah mematahkan eskavator itu diberi tema “Sang Jogormanik Tolak Reklamasi”.
Ketua ST Eka Dharma Canthi, I Komang Sukra Wijaya menuturkan, Jogormanik merupakan Dewa yang bertindak mengadili perilaku buruk dari manusia. Ogoh-ogoh itu menyimbolkan jika rencana reklamasi Teluk Benoa merupakan perilaku tak baik bagi lingkungan alam Bali.
“Kami tidak memiliki kepentingan politis dengan ogoh-ogoh ini. Ini murni aspirasi kami agar alam Bali dijaga dan tidak dirusak,” tutup dia.
Sementara itu, Kapolsek Denpasar Barat, Komisaris Wisnu Wardana menampik jika pihaknya melarang ogoh-ogoh tersebut. Yang benar, pihaknya melakukan tindakan preventif bagi ogoh-ogoh yang tidak sesuai tema dan dapat menimbulkan gejolak sosial.
“Saya kira kami tidak melarang. Hanya memberi batasan tertentu tentang spirit ogoh-ogoh itu sendiri. Keberadaan ogoh-ogoh itu tidak sesuai dengan spirit memusnahkan sifat jahat,” jelas Wisnu.