SABTU, 5 MARET 2016
Jurnalis: Rianto Nudiansyah / Editor : ME. Bijo Dirajo / Sumber foto: Rianto Nudiansyah
BANDUNG — Perayaan Cap Go Meh tak melulu menjadi menjadi hajat besar etnis Tionghoa, namun warga pribumi pun boleh ikut merasakan sukacitanya. Seperti yang terjadi pada kirab ritual tunggal di Vihara Dharma Ramsi, Jalan Cibadak, Gang Ibu Aisah, Kota Bandung, yang digelar pada Sabtu (5/3) dan Minggu (6/3).
![]() |
Kirab Cap Go Meh |
Koordinator bidang kesenian Vihara Dharma Ramsi, Erik Mintarja (73) menyampaikan, warga pribumi tidak hanya datang ke jalan untuk menonton saja. Namun cukup banyak yang ikut serta membawa berbagai kebutuhan kirab, terutama seperti barongsai, liong, memukul tambur dan mengangkat joli alias tandu.
“Kita ini kebannyakan adalah orang Sunda, bahkan orang Tionghoanya cuma sedikit yaitu saya sendiri diantaranya,” ujar Erik disela acara, Sabtu (5/3/2016).
Berbeda dengan kirab pada tahun-tahun sebelumnya yang memang diikuti oleh berbagai Vihara di Indonesia, kali ini ritual hanya digelar secara internal oleh Vihara Dharma Ramsi. Disampaikan, jalan yang dilalui arak-arakan pun cenderung lebih pendek dibandingkan tahun lalu.
“Kalau sekarang kita ada sembilan joli, tiga barongsai dan satu liong,” tambahnya.
Meski demikian, ada juga beberapa tim liong dan barongsai dari berbagai daerah, khususnya di Jawa Barat yang akan ikut berpartisipasi pada gelaran ini.
“Besok ada parade liong dan barongsai ada sekitaran 20 tim yang ikut, mayoritas dari Bandung tapi rencananya ada juga dari Jonggol, Sukabumi, Garut dan Cianjur,” bebernya.
Erik sampaikan, pihaknya hanya punya waktu satu pekan untuk mempersiapkan ritual internal ini. Karena itu, acara pun tak terlalu megah seperti sebelum-sebelumnya.
“Kalau persiapan maksimal biasanya kesenian daerah dan lokal dipakai semua, kayak wayang golek, sekarang karena yang merayakan tunggal jadi enggak ada,” paparnya.
Soal alat musik yang ditabuh untuk mengiringi arak-arakan, pihaknya pun memadukan budaya Tionghoa dan Jawa Barat.
“Memang sejak tahun 2012 lalu saya ‘mengawinkan’ tambur dengan kolenang alat musik khas Sunda,” jelas dia.
Perayaan kirab ini, dia katakan bukan sekadar pentas kebudayaan saja. Namun, sebagai ritual yang memiliki misi untuk mendoakan negeri ini agar kian sejahtera dan terbebas dari bencana.
“Yang penting negara dulu yang makmur, setelah itu baru mendoakan keluarga, leluhur dan terakhir pribadi,” pungkas Erik.
Diketahui, perayaan Cap Go Meh ini seharusnya dilaksanakan di hari ke-15 setelah tahun baru Imlek 2567, pada 8 Februari 2016 lalu.

Rencananya perayaan Cap Go Meh yang sifatnya lebih besar akan dipusatkan di Vihara Giri Metta, Jalan Lengkong kecil, Kota Bandung, pada tanggal 26 maret 2016 mendatang.
Berdasarkan pantauan Cendana News, arak-arakan dimulai pukul 14.00 WIB. Adapun rute yang dilewati hanya di sekitaran jalan Cibadak, Jalan Astana Anyar dan Jalan Jendral Sudirman.