Hemat dan Efisien, Petani Tomat di Batu Terapkan Irigasi Tetes

MINGGU, 28 FEBRUARI 2016
Jurnalis: Agus Nurchaliq / Editor : ME. Bijo Dirajo / Sumber foto: Agus Nurchaliq

BATU — Irigasi tetes (Drip Irrigation) merupakan salah satu sistem pengairan tanaman dengan menggunakan teknik yang dapat menghemat air dan pupuk dengan meneteskan larutan secara perlahan langsung pada akar tanaman. Sistem pengairan ini pula yang kini mulai di terapkan oleh salah seorang petani benih tomat, Abdul Mukit di Dusun Santrean, Desa Sumberejo, Kecamatan Batu, Kota Batu.
petani benih tomat, Abdul Mukit 
Sejak setahun yang lalu di atas lahan seluas 1600 meter persegi, Abdul Mukit mulai menerapkan sistem pengairan irigasi tetes pada 2.978 populasi tanaman tomat yang ia tanam dalam sebuah rumah plastik. Menurutnya, pemilihan sistem irigasi yang tepat dapat menentukan keberhasilan pertumbuhan tanaman.
“Bagi tanaman, manajemen air sangat penting karena dari air inilah yang mengontrol kebutuhan tanaman dan juga mengontrol ketersediaan oksigen dalam media di dalam perakaran,” ujarnya kepada Cendana News, Minggu (28/2/2016).
Mukit mengatakan, sistem irigasi tetes sebenarnya lebih aplikatif di tingkat petani dibandingkan dengan cara konvensional, karena investasi atau modal yang di perlukan tidak terlalu besar namun penghematannya cukup besar. Ada beberapa keuntungan yang didapat jika menggunakan sistem irigasi tetes diantaranya yaitu menghemat air. Dengan sistem ini, kita bisa mengatur seberapa banyak air yang akan diberikan kepada tanaman sesuai dengan kebutuhan dan umur tanaman.
Untuk tanaman tomat dengan umur satu minggu kebutuhan air hanya sekitar 100 mili liter per tanaman per hari, sedangkan untuk tanaman yang sudah besar dengan kondisi panas seperti pada musim kemarau biasanya tanaman tomat hanya mebutuhkan asupan air paling banyak satu liter dan pada musim penghujan seperti sekarang ini biasanya hanya kami beri air paling banyak 600 mili liter per tanaman per hari.
“Kita juga lihat kondisi tanaman, jika pukul sebelas pagi tanaman tidak layu berarti pengairan sudah mencukupi, namun jika pada pukul sepuluh sampai pukul sebelas tanaman terlihat layu berarti air harus di tambah,”ungkapnya.
Keuntungan dari penggunaan sistem irigasi tetes selanjutnya yaitu dapat mengurangi jumlah pekerja dan otomatis dapat mengurangi biaya produksi yang biasanya digunakan untuk membayar tenaga kerja.
“Untuk mengairi lahan seluas ini biasa kami membutuhkan lima orang tenaga kerja, namun dengan menggunakan sistem irigasi tetes cukup mempekerjakan satu sampai dua orang pekerja yang bertugas membuka kran untuk mengairi lahan,”jelasnya.
Ia menambahkan dengan sistem tetes, nutrisi maupun pupuk bisa langsung di campur dan larutkan ke dalam air sehingga nutrisi tanaman juga bisa kita kontrol 
“Menyiram sekaligus memupuk,”imbunya.
Abdul Mukit menjelaskan untuk mengurangi resiko infeksi penyakit terhadap tanaman ia lebih memilih menggunakan air hujan yang sudah ditampung sebelumnya untuk mengairi tanamannya daripada menggunakan air sungai yang dikhawatirkan telah terkontaminasi oleh bakteri maupun penyakit.
Menurutnya, tanaman tomat merupakan tanaman yang memiliki kebutuhan air yang cukup tinggi namun tidak menyukai terlalu banyak air karena jenis perakarannya jika tergenang air sedikit saja akan mudah busuk.
Untuk media tanam, Mukit lebih memilih media Cocopeat karena memiliki kelebihan air tidak menggenang, media basah tapi rongga udara tetap ada sehingga akar bisa tetap mengambil oksigen. Selain itu, media cocopeat dapat dipakai kembali kurang lebih tiga kali penggunaan.
Lihat juga...