RABU, 24 FEBRUARI 2016
Jurnalis : Koko Triarko / Editor : ME. Bijo Dirajo / Sumber Foto: Koko Triarko
YOGYAKARTA — Sejumlah delegasi dari delapan negara di Asia Tenggara lakukan peninjauan ke salah satu lokasi penelitian peningkatan produktivitas padi berbasis teknologi di dusun Patran, Morobangun, Prambanan, Sleman. Pertemuan internasional dalam rangka evaluasi dan peningkatan hasil riset teknologi pertanian dikoordinatori oleh Pusat Penelitian Padi Internasional atau International Rice Research Institute (IRRI), di Balai Penelitian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta.
![]() |
Lahan penelitian di Yogyakarta |
Dalam kunjungan lapang itu, sejumlah peneliti dari Pusat Penelitian Padi Internasional atau International Rice Research Institute (IRRI) yang berpusat di Pilipina meninjau lokasi persawahan tempat diterapkannya teknologi pertanian berkelanjutan di dusun Patran, yang dikerjakan oleh Kelompok Tani Manunggal Patran. Tujuan dari peninjauan itu adalah memastikan penerapan teknologi pertanian yang tepat, untuk mengurangi senjang hasil antara capaian hasil panen riset dengan capaian hasil panen para petani.
Ketua Kelompok Tani Manunggal Patran, Suharyanto menjelaskan, teknologi pertanian diterapkan di areal sawah seluas 25 Hektar. Ada pun teknologi yang diterapkan itu meliputi penggunaan bibit unggul Inpari 1- 30, sistem tanam jajar legowo 2-1 dan 4 -1, tabela atau tabur benih langsung, penggunaan transpeter atau alat untuk menanam padi, pengembalian pupuk organik untuk memperbaiki tanah dan menyeimbangkan mikro organisme dan keseimbangan alam, dan cara panen padi dengan menggunakan alat panen yaitu combine hardvester. Selain itu, juga dengan pengamatan mingguan untuk mencegah hama.
![]() |
Ketua Kelompok Tani Manunggal Patran, Suharyanto |
Suharyanto mengaku, setelah diterapkan teknologi peningkatan produksi padi dengan sistem Pola Tanam Terpadu (PTT), hasil produksi padinya dari periode ke periode tanam selalu meningkat. Namun, peningkatan itu baru mencapai rata-rata sebesar 30 Persen.
“Program percontohan ini dikerjakan melalui kerjasama dengan IRRI sejak tahun 2012-2015. Karena hasilnya dianggap memuaskan, kerjasama ini diperpanjang lagi sampai nanti 2018,” jelasnya di Sleman, Rabu (24/2/2016).
Sementara itu, Kepala Balai Penelitian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta, DR. Sudarmaji menjelaskan, penerapan teknologi bekerjasama dengan IRRI masih dilakukan dalam skala kelompok pertanian. Salah satu keunggulan dari penggunaan teknologi dengan bibit Inpari 23, antara lain bibit terbukti lebih tahan penyakit, produktifitasnya lebih tinggi dengan rata-rata 6,9 ton gabah kering perhektar.
Sudarmaji mengatakan, bibit Inpari 23 berasal dari indukan asal Bantul, Yogyakarta, yang dikembangkan dan telah diuji di 22 provinsi di Indonesia.
Terkait dengan kunjungan tamu negara dari pertemuan Corigap yang diadakan oleh IRRI, jelas Sudarmaji, adalah untuk mengevaluasi hasil penerapan teknologi pertanian. Bagi para tamu negara yang antara lain berasal dari Laos, Kamboja, Myanmar, Pilipina dan Thailand, mereka melihat dan mencari masukan dari penerapan teknologi pertanian di Indonesia.
![]() |
Delapan delegasi mengunjungi lokasi lahan penelitian |
Disebutkan, ada sejumlah modifikasi dari teknologi IRRI yang disesuaikan dengan kondisi lokal. Misalnya, penggunaan bibit unggul lokal dan modifikasi alat. Sudarmaji mengklaim, dengan penerapan teknologi pertanian itu hasil panen meningkat dari 6 Ton gabah kering perhektar, menjadi 8,1 Ton. Dan, produktifitas padi di DIY menempati angka tertinggi di Indonesia, yaitu sebesar 5,6 Ton perkhektar.