Prajurit TNI di Perbatasan RI-PNG Tak Ingin Papua Bernasib Seperti Timor Timur

JUMAT, 15 JANUARI 2016
Jurnalis: Lidya Salmah / Editor: Gani Khair / Sumber foto: Lidya Salmah

JAYAPURA—Prajurit  Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan RI-PNG Yonif Raider 411/Pandawa Kostrad yang berkedudukan di Pos Bewan Baru, Distrik Arso, Kabupaten Keerom, merupakan salah satu pos yang masuk dalam kategori daerah pedalaman atau terpencil. Bahkan dalam bahasa satuan mereka, Pos Bewan Baru disebut dengan Pos Udara, karena masalah pergesekan pasukan, distribusi logistik hingga evakuasi personel yang sakit,  bergantung penuh pada dukungan transportasi udara.


Kendati ‘ngepos’ dalam kondisi keterbatasan, namun sebagai prajurit harus siap melaksanakan tugas sebagai penjaga perbatasan RI-PNG.
Komandan Pos Bewan Baru Letda Inf Sukirno mengungkapkan, cukup banyak hambatan dan rintangan yang dihadapi mereka di lapangan.
Dijelaskan, mobilitas helikopter yang tinggi untuk mendukung pendorongan logistik dan evakuasi di banyak tempat di Papua Sektor Utara. Alhasil,  prajurit Pos Bewan Baru harus bertahan apabila terjadi keterlambatan dalam pendorongan logistik.
“Namun kami tidak habis akal, kami segera menyarankan ke Komando atas untuk mendorong logistik kami ke kampung terdekat yaitu Kampung Kibay melalui jalur darat yang dapat ditempuh berjalan kaki selama 3-4 jam” ujar Sukirno, Jumat (15/1/2016).
Tak hanya menempuh jarak yang memakan waktu berhari-hari. Upaya jalur darat untuk mengambil logistik ke kampung terdekat pun cukup “seram”, karena harus melintas sungai dengan arus yang deras dan berjalan di hutan yang licin.
“Ya memang cukup berbahaya. Tapi kami harus lalui demi bertahan hidup, prajurit tak boleh cengeng dan manja,” tegasnya.
Karena letak geografis yang terisolir, apabila ada anggota yang sakit, maka proses evakuasi menggunakan cara tradisional yakni menggotong dengan menggunakan tandu hingga ke titik penjemputan ambulance di Kampung Kibay.
“Ya tetap menyusuri lebatnya hutan belantara. Kemudian tingkat kerawanannya juga tinggi, kalau hujan deras, bisa pohon tumbang, tanah licin dan terjal. Dan yang lebih waspada lagi adalah ancaman kelompok pengacau keamanan yang setiap saat dapat mengancam keselamatan kami,” curhatnya.
Melihat kondisi yang tidak memungkinkan itu, yang harus dilakukan adalah mengutamakan kewaspadaan dan keamanan dalam setiap kegiatannya. Apapun yang diperbuat harus sesuai dengan prosedur tetap dan perintah dari Komando Atas.
“Kegiatan yang kami lakukan untuk menjaga moril dan semangat  yakni melaksanakan bercocok tanam di sekitar pos. Walau harus bergelut dengan hama tanaman seperti serangga yang bisa merusak tanaman yang dibudidayakan seperti jagung, dan sayuran lainya. Tapi kami tetap sabar karena menjaga perbatasan adalah tugas yang sangat mulia,” ucapnya penuh semangat.
Sukirno dan anggota lainnya tak ingin nasib Papua sama seperti Timor-Timur yang begitu mudahnya terlepas dari bingkai NKRI. Karena itu, meski harus bertahan hidup dengan keterbatasan,  namun menjalankan tugas penuh semangat dan berkorban demi  menjaga dan mengamankan keutuhan wilayah NKRI. 
Lihat juga...