Pamanga Temianutai, Memberi Makan Laut Berharap Berkah Nelayan Pulau Pemana Melimpah

SABTU, 2 JANUARI 2015
Jurnalis: Ebed De Rosary / Editor: Gani Khair / Sumber foto: Ebed De Rosary

BERITA FOTO—Warga masyarakat nelayan pulau Pemana, sebuah pulau di sebelah utara pulau Flores yang berada di wilayah Kabupaten Sikka sejak jaman nenek moyang selalu mengadakan ritual adat Pamanga Tamianotai guna memberi makan kepada laut. Ritual adat ini sejak tahun 1980-an sudah hilang dan hampir punah.

Pemotongan kambing kurban di atas kapal nelayan oleh Haji Yunus, imam masjid Pamana
Bagi warga pulau Pemana yang masuk dalam wilayah kecamatan Alok dengan waku tempuh 2 hingga 3 jam perjalanan menggunakan kapal penumpang dari Maumere, sebagai nelayan mereka merasa bahwa hasil tangkapan ikan selalu berkurang setiap tahunnya.
Memberi makan kepada laut memiliki makna memberikan sedekah atau persembahan kepada penguasa laut agar para nelayan bisa dierikan rejeki yang cukup yang ditandai dengan meningkatnya hasil tangkapan ikan para nelayan.
Dengan menggelar ritual ini tutur Yunus, para nelayan diajak untuk kembali mencintai laut dengan menjaga ekosistem laut. Nelayan pun disatukan dan membuat janji untuk tidak menangkap ikan dengan bom, alat penagkap ikan seperti pukat atau jaring yang dilarang serta memakai racun dari tumbuhan lokal maupun bahan kimia.
Pasang Rumpon
Sejak pukul 09.30 wita sekitar 40 kapal nelayan Pole and Line berbobot mati 30 dan 40 ton ditambah puluhan perahu motor tradisonal sudah bersiap di depan perairan pulau Kambing, pulau karang berpasir putih tanpa penghuni sepanjang kurang lebih 500 meter yang berada sekitar 3 kilometer arah timur pulau Pemana. Kapal nelayan yang dipenuhi masyarakat ini menjemput rombongan wakil bupati yang menggunakan kapal patrolik milik Lanal Maumere.
Setelah sampai di dekat pulau Kambing, kapal Lanal Maumere disertai sebuah kapal motor yang mengangkut perlengkapan ritual dan perwakilan nelayan bertolak ke arah utara pulau Kambing sejauh kurang lebih 10 kilometer. Seekor kambing hitam berukuran besar disembelih di atas kapal, ebelumnya dilakukan pembacaan doa dan kepala kambing pun dibuang ke laut. 
Parade laut oleh kapal – kapal penangkap ikan sebelum ritual adat dilaksanakan.
Selain menggelar ritual adat, para nelayan juga memasang beberapa Rumpon agar ikan-ikan bisa berkumpul di sekitarnya. Rumpon yang diatasnya diikat daun-daun kelapa ini sebut Boy menjadi tempat berkumpulnya plankton dan ikan-ikan kecil. Plankton dan ikan-ikan kecil ini merupakan makanan ikan-ikan besar sehingga secara otomatis ikan-ikan besar akan datang menghampiri dan berkumpul di sekitar Rumpon.
Ritual adat ini ditutup dengan melarungkan 7 perahu mainan berukuran panjang sekitar 1,5 sampai 2 meter dengan lebar 50 sampai 70 senti meter. Di dalam perahu tersebut diletakan sesajen berupa makanan, minuman dan rokok. Perahu layar ini pun dibuat menyerupai perahu nelayan warisan nenek moyang orang Pemana dan dibuat memakai bahan gabus dan bambu.Juga di atasnya diletakan boneka dan orang – orangan yang didandani layaknya manusia.

Lihat juga...