MINGGU, 24 JANUARI 2016
Penulis: Ferry Cahyanti / Editor: Sari Puspita Ayu / Sumber foto: Ferry Cahyanti
CATATAN JURNALIS—Keyakinan memiliki sebuah usaha dan perubahan pada hidupnya, membuat pria 33 tahun ini sukses dengan usaha oleh-oleh khas Balikpapan. Hamurin Hamara salah seorang pelaku usaha kecil menengah di Balikpapan berhasil memperoleh omzet puluhan juta rupiah dengan produk yang dikembangkannya.

Hamurin memulai usahanya tahun 2012 silam bersama istrinya setelah enam tahun menjadi karyawan di salah satu hotel di Balikpapan. “Saya mulai usaha tahun 2012, saat itu saya resign (mengundurkan diri sebagai karyawan, red) dari hotel dan dengan rasa yakin bersama istri menjalani usaha kerupuk cumi-cumi,” katanya saat ditemui di kediamannya di Jalan Pemuda Batakan, Balikpapan Timur.
Hamurin mengisahkan diawal usaha membuat kerupuk cumi-cumi dengan modal tabungannya sebesar 3 juta. Modal yang dimiliki dibelikan bahan baku cumi-cumi, tepung dan lainnya. “Untuk tahap awal memproduksi krupuk yang terbuat dari 1 Kg cumi dan 3 Kg terigu. Kemudian kami titipkan ke toko-toko yang jualan makanan oleh-oleh khas Balikpapan,” beber pria kelahiran Kendari 1982 ini.
![]() |
Hamurin Hamara |
Ternyata hasilnya tak semulus harapan. Kiprah perdananya ditolak mentah-mentah sejumlah pihak. “Produk saya titip ke toko-toko tapi lebih banyak yang tolak daripada yang terima,” kelakarnya dengan raut sedikit kesal.
Kondisi itu tak membuatnya putus asa. Ia mulai fokus dengan bagaimana membuka jaringan seluas-luasnya guna memperkenalkan-memasarkan produknya.6 toko yang berminat. Dengan jumlah mitra yang relatif minim, ia pun tak menyangka bahwa hal tersebut justru yang membuatnya meraup keuntungan berlipat. Karena, diluar dugaannya, justru produknyalah yang paling banyak diminati oleh pembeli di enam toko milik mitranya tersebut.
Melihat peluang tersebut, ia pun memutuskan jumlah produksi dari 1 kg per hari menjadi 2 kg per hari. Dengan meningkatkan jumlah produksi, ia mampu mendapatkan omzet 12 juta per bulan. Bukan omzet yang kecil untuk sebah usaha makanan jadi yang baru dirintis.
Tak perlu menunggu terlalu lama, dalam tiga bulan Hamurin mampu meningkatkan jumlah produksi menjadi 6 kg per hari. Tak hanya meningkatkan omzet, ia pun mampu membuka lapangan kerja. Jika semula ia dan istri cukup dibantu dengan dua pekerja, maka seiring bertambahnya jumlah produksi, ia pun dibantu oleh empat pekerja. Usaha makanan kemasan berbahan cumi-cumi yang baru berjalan beberapa bulan sudah mampu meraih omzet puluhan juta dan membuka lapangan kerja bagi empat orang, sungguh prestasi yang luar biasa.

Sadar bahwa usahanya harus diurus dengan sangat disiplin dan serius maka Hamurin pun mulai berfikir tentang legalitas. Ini ia lakukan setelah usahanya berjalan satu tahun dan memiliki omzet yang semakin tinggi setiap bulannya. Selain karena permintaan krupuk cumi yang semakin meningkat, penambahan omzet tersebut juga karena Hamura memutuskan menambah beberapa varian produk yang diproduksinya. Diantaranya, amplang, krupuk bawang, dan krupuk udang.
Bondang, itulah nama merk produk milik Hamurin tanpa berkenan menjelaskan mengapa nama tersebut yang dipilih sebagai merk produknya. Bondang sudah dipatenkan dengan label halal dari MUI dan Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT).
Perihal amplang, Hamurin mengakui bahwa ini salah satu penganan khas nan istimewa yang butuh keahlian khusus dalam memproduksinya. Ia mengakui, bahwa ia dan istri harus meluangkan waktu untuk belajar langsung kepada ahli pembuat amplang dan bahkan membeli resep.
Kini, perjuangan suami istri yang sudah dikaruniai dua buah hati ini mampu meraih omzet bulanan sebesar 50 juta. Sungguh bukan keputusan salah bagi keduanya untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya dan mengakhiri status karyawan karena kini merekalah yang mampu membuka lapangan kerja bagi banyak karyawan.
Dengan omzet semakin besar, Hamura berkenan “blak-blakan” dengan Cendana News bahwa ia kini mampu membeli dua unit rumah, kendaraan roda dua dan empat serta kebutuhan tersier lainnya.
Sadar bahwa kesuksesan yang ia raih sekarang ini bukanlah hasil kerja seorang diri, tetapi juga berkat kerja keras semua karyawannya maka Hamura memutuskan untuk membeli satu rumah khusus untuk pabriknya yang bisa menjadi tempat tinggal beberapa karyawannya.
Hamura yang dulu begitu sulit untuk mendapatkan toko yang bersedia membantunya menjual kripik cumi-cumi buatannya, kini telah mampu membawa krupuk cumi-cumi dan produk lainnya menguasai pasar di Balikpapan hingga Samarinda.
Berbicara MEA (Masyarakat Ekonomi Asean), Hamura mengatakan bahwa suka tidak suka, siap tidak siap, MEA harus dihadapi dengan mempertahankan daya saing agar makanan kemasan lokal mampu menguasai pasar meskipun dikempur produk impor. Selain itu, menurut Hamura, selalu membuat inovasi adalah salah satu solusi sekaligus kunci menghadapi MEA.