KAMIS, 14 JANUARI 2016
Jurnalis: Koko Triarko / Editor: Gani Khair / Sumber foto: Koko Triarko
YOGYAKARTA—Sosiolog dan Pengamat Militer Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, Muhammad Najib Azca, M.A., Ph.D., menilai musibah ledakan di Sarinah Jakarta pada Kamis (14/1/2016) merupakan pukulan berat bagi intelijen negara, karena serangan bom teroris itu sudah mendekati jantung negara. Kecuali itu, ancaman serangan teroris itu sebenarnya juga sudah terdengar di kalangan para intelijen di akhir tahun 2015 kemarin.

Muhammad Najib Azca yang ditemui di ruang kerjanya, Kamis (14/1/2016), juga mengatakan, jika memang benar serangan itu dilakukan oleh ISIS, maka hal itu menjadi serangan ISIS yang pertama. Najib mengungkapkan, jika serangan itu sebenarnya sudah terdengar ancamannya sejak akhir tahun 2015 sehingga ketika itu pengamanan di banyak tempat cukup ketat. Namun demikian, Najib percaya jika pemerintah akan menangani kasus itu dengan baik.
“Dan, saya kira peristiwa ini menjadi kesempatan yang baik untuk menginvestigasi jaringan teroris dan mengungkap motifnya”, ujarnya.
Najib mengatakan pula, dari kasus Sarinah itu sekiranya simpul-simpul jaringan teroris akan lebih mudah terdeteksi dengan baik. Tentu, kasus itu harus bisa terungkap, sehingga bisa dilakukan langkah pencegahan. Kalau tidak, kata Najib, kelompok teroris akan semakin percaya diri dan bisa saja melakukan aksi yang lebih dramatis lagi.
Aksi teror di Sarinah, kata Najib, sebenarnya juga sudah cukup dramatis, mengingat kawasan Sarina itu dekat dengan Istana Negara, Tugu Monas, dan pusat pemerintahan RI, sehingga secara simbolik sudah dekat dengan jantung negara RI.
“Karenanya hal itu menjadi pukulan berat bagi intelijen, karena ini merupakan serangan yang sudah mendekati jantung negara”, tegasnya.
Namun demikian, di sisi lain Najib mengakui jika hal tersebut juga menjadi dilema bagi penegak hukum, karena pada satu sisi penegak hukum harus melakukan pencegahan dan penindakan dengan mempertimbangkan aspek hukum dan HAM.
“Maka, diperlukan langkah-langkah yang kuat namun hati-hati untuk memutus mata rantai teror itu. Dan, lepas dari siapa pun pelakunya, peristiwa bom di Sarinah menjadi peringatan bagi intelijen negara”, pungkasnya.