” Kamu saya tugaskan untuk memantau berita-berita tentang saya di koran. Dan infonya kamu sampaikan kepada saya,” pesan petinggi daerah kepada Gendut.
” Apalagi kamu kan paham dan tahu saya mau mencalonkan diri kembali sebagai petinggi daerah,” lanjut petinggi daerah memberi arahan kepada Gendut.
‘ Iya. Jangan kamu salah menyampaikan informasikan kepada Bapak. Ntar kalau Bapak keok dalam Pilkada nanti kamu juga susah,’ celetuk Ibu petinggi daerah.
Dan hanya diksi siap yang terlontar dari mulut Gendut. Sementara malam makin meninggi. Cahaya makin memudar seiring dengan makin memudarnya cahaya malam.
Dalam beberapa malam ini, terutama tiga malam menjelang masa pencalonan kepala daerah, para warga sudah jarang melihat Gendut berada di kios itu. Tak terkecuali pemilik kios. Soalnya dirinya seringkali mendapat pertanyaan dari para pelanggan di kiosnya.
” Sudah tiga malam ini saya tak melihat Pak Gendut. Biasanya kan Bapak-bapak tahukan perilaku Pak gendut. saban malam pasti ada di kios ini,” jawab pemilik kios.
” Kemana ya beliau,” tanya para pelanggan kios. Dan sejuta pun mareka apungkan ke langit nan biru. Sejuta tanya mareka kibarkan ke angkasa yang luas. Namun tak seorang pun bisa menjawabnya. Angin malam pun enggan menghela.
Para warga Kota terjaget-kaget dan setengah tak percaya saat mendengar berita tentang tertangkap tanganya Pak Gendut oleh aparat penegak hukum. Disinyalir Gendut merupakan kaki tangan petinggi daerah yang terlibat dalam aksi gratifikasi. Lewat gendut lah sejumlah aliran dana diterima petinggi daerah dari para kontraktor saat petinggi daerah masih menjabat. Dan lewat Gendut pula petinggi Daerah melakukan tindakan pencucian uang.