
JAKARTA — Meriam Si Jagur, Rupa dan bentuknya yang gagah sekarang dijadikan hiasan sejarah di depan Museum Fatahillah.
Meriam yang terbuat dari perunggu dengan panjang 3,085 meter dan berat 3,5 ton atau setara 350 kilogram ini merupakan senjata andalan portugis di Malaka. Namun tahun 1641 direbut oleh Belanda untuk dibawa memperkuat armada kolonialismenya di Batavia.
Sebutan si jagur bagi meriam ini diyakini berasal dari pelesetan masyarakat Batavia dan para prajurit VOC terhadap pabrik pencipta meriam tersebut yaitu pabrik senjata makan tuan st. Jago de Barra, milik Portugis di Makau, Tiongkok.
Meriam Si Jagur tercipta dengan cara melebur 16 meriam kecil menjadi satu. Sesuai tulisan dipunggung meriam dalam bahasa portugis ” ex me ipsa renata sum ” yang artinya dari diriku sendiri aku dilahirkan.
Hendri, seorang pengunjung Taman Fatahillah tampak menikmati selfie didepan meriam si Jagur.
“Saya selalu penasaran untuk berfoto didepan meriam ini, serasa berada di jaman penjajahan dulu. Kita tidak tahu kapan meriam ini terakhir digunakan, tapi yang jelas ia menyimpan banyak catatan sejarah,” ungkap Hendri kepada Cendana News, Sabtu (16/08/2015).
Hal senada juga datang dari seorang pemuda bernama Taufik.
“Pastinya meriam si jagur adalah saksi sejarah, maksud saya adalah sejarah kekejaman kolonialisme dan penderitaan rakyat indonesia, ” ujar Taufik singkat.
Tahun 1968 meriam si jagur ditempatkan di Museum Wayang. Namun pada tahun 1974 sampai saat ini, meriam si jagur ada di depn museum fatahillah. Menjadi saksi tentang kekejaman kolonialisme dan catatan sejarah penderitaan bangsa indonesia.

MINGGU, 16 Agustus 2015
Jurnalis : Miechell Koagouw
Foto : Miechell Koagouw
Editor : ME. Bijo Dirajo