![]() |
pembuat klanting |
LAMPUNG – Daerah Lampung Selatan Provinsi Lampung yang menghasilkan tanaman singkong dalam jumlah besar menjadi peluang bagi para pemilik ide kreatif. Salah satu yang kreatif memanfaatkan peluang tersebut dengan membuat makanan tradisional berbahan singkong tersebut yakni Tuari.
Pak Tuari, pengrajin kelanting di Desa Seloretno, merupakan warga Sidomulyo yang menangkap peluang tersebut. Baginya selalu ada peluang usaha bagi mereka yang mampu melihatnya. Dan tidak semua orang mampu melihat peluang usaha yang bisa memberikan nilai tambah ekonomi bagi dirinya.
Satu diantara orang yang bisa melihat peluang usaha tersebut yakni bapak Tuari, warga Desa Seloretno Kecamatan Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan. Usaha pembuatan klanting yang digelutinya selama 5 tahun terakhir sedikit demi sedikit mulai menunjukan hasilnya.
“Selama ini kan saya pernah bekerja di beberapa tempat kemudian saya mencoba banting arah dengan menekuni usaha berbahan baku singkong ini,”ungkap Tuari, Sabtu (20/6/2015).
Ia mengaku meski saat ini alat-alat yang digunakannya masih terbilang sederhana. Dalam satu bulan ia bisa mendapatkan penghasilan omset mencapai Rp.7,5 juta rupiah. Dimana dalam satu bulan ia bisa menghabiskan sekitar 15 kwintal singkong sebagai bahan baku utama.
“Rata-rata setiap dua hari kita memproduksi. Dan setiap produksi bisa menghabiskan 1 kuintal singkong yang telah kita siapkan,” ungkapnya.
Menurut Tuari,ia pertama kali belajar membuat kelanting singkong saat mengunjungi salash putrinya yang tinggal Gading Rejo kabupaten Pringsewu yang memang dikenal sebagai salah satu daerah sentra pembuatan kelanting di Lampung.
Saat berkunjung ke tempat anaknya tersebut ia dan istrinya belajar secara kilat. Setelah kembali di Sidomulyo ia pun mulai mempraktikan cara pembuatan klanting getuk yang didapatkannya. Dan hasilnya cukup menjanjikan.
Saat ini ayah dua orang anak itu hanya memproduksi klanting. Selama memproduksi kelanting tersebut selama ini para pembeli yang merupakan pedagang datang kepadanya. Saat ini pedagang yang mengambil kelanting padanya berasal dari wilayah Sidomulyo, Kalianda dan Candipuro.
“Saya melihat pengrajin klanting di Gading Rejo bisa berhasil. Mereka bisa menyekolahkan anaknya. Juga bisa membuat rumah dari usaha kelanting,” ungkap pria kelahiran Pacitan itu.
Hanya saja, menurutnya, kendala utama yang dihadapi dirinya dan sang istri untuk mengembangkan usahanya terkait dengan ketersediaan bahan baku. Dalam upaya menjaga kualitas produk makanan olahan dari singkong tersebut ia sangat memperhatikan bahan baku singkong. Singkong pilihan digunakan untuk memproduksi kelanting.
Produksi kelanting yang semakin banyak permintaan dari masyarakat namun saat ini bahan baku singkong cukup sulit untuk didapatkannya. Ia pun tidak jarang harus berkeliling untuk mencari bahan baku singkong yang baik untuk bahan baku produk kelantingnya. Tidak ada pemasok yang bisa memenuhi kebutuhannya.
Padahal, kata Tuari, jika tersedia bahan baku. Ia bisa meningkatkan produksi kelantingnya. Sebab permintaan akan kelanting masih cukup banyak. Sebab kelanting merupakan panganan tradisional yang banyak digemari oleh banyak orang.
“Memang bahan baku menjadi kendala utama kita. Untuk pemasaran produk masih sangat terbuka lebar. Bahkan permintaan pun masih terus mengalir. Tapi sayang kita kesulitan mendapatkan bahan baku,”tuturnya.
Ia berharap makanan tradisional jenis kelanting produksinya masih digemari oleh masyarakat dan bahan produksi yang merupakan hasil kebun warga bisa lebih bernilai tinggi.

——————————————————-
SABTU, 20 Juni 2015
Jurnalis : Henk Widi
Fotografer : Henk Widi
Editor : ME. Bijo Dirajo
——————————————————-