![]() |
Singkong |
CENDANANEWS (Denpasar) – Bangsa Indonesia, sama seperti beberapa bangsa lain di wilayah Asia, menjadikan nasi sebagai makanan pokok. Oleh karena itu produksi beras di semua negara-negara yang penduduknya makan nasi sebagai makanan pokok harus selalu di jaga dengan baik.
Akan tetapi, Bangsa Indonesia memiliki sesuatu yang jarang dimiliki oleh Bangsa-Bangsa lainnya yaitu, umbi-umbian sebagai bahan pangan pengganti beras. Sebut saja Singkong, Ubi, dan talas. Umbi-umbian tersebut dapat di sajikan dengan di rebus, di jadikan makanan goreng ringan, atau di olah menjadi kuliner jajanan khas Nusantara seperti getuk atau kripik.
Singkong, Ubi, dan talas di pasar sanglah masih dijual dengan kisaran harga lima ribu rupiah sampai tujuh ribu limaratus rupiah per kilogram. Pedagang mengatakan mereka mendapatkan barang dagangannya sebagian besar dari pulau jawa. Mereka berharap petani-petani di Bali bisa menanam umbi-umbian dalam skala lebih besar untuk memenuhi kebutuhan pasar Bali sekaligus menekan harga menjadi lebih murah.
Pedagang Ubi bernama Ketut Wanda menyayangkan sebagian masyarakat seiring perkembangan jaman mulai meninggalkan singkong, Ubi, talas, sebagai bahan pangan pengganti beras.
“Sekarang masyarakat lebih memilih menaruh Pizza atau donat diatas meja makan daripada singkong, talas, dan ubi rebus, padahal kenikmatan serta nilai gizi dari umbi-umbian tersebut sangat bagus,” jelas Ketut Wanda kepada CND.
Singkong, Ubi, dan talas biasa di beli oleh para pedagang gorengan dan warga pendatang dari NTT serta Papua yang rutin membeli. Sedangkan Masyarakat Bali dan pendatang dari jawa juga ada akan tetapi tidak terlalu banyak.
” sebenarnya jika masyarakat mau membiasakan diri maka singkong rebus itu enak jika dimakan dengan sambal matah asli Bali, sambal dabu-dabu dari sulawesi, sambal ikan dari sumbawa, atau di cocol adonan gula merah,” sambung Ketut Wanda lagi sambil tersenyum.
Dia mengharapkan, masyarakat Indonesia menjadikan singkong, Ubi, talas, dan umbi-umbian lainnya sebagai bahan pangan pengganti beras.
“Kita Negara Agraris yang kaya akan bahan makanan dan kuliner lezat. Kita seharusnya bisa berdaulat penuh di bidang bahan pangan,”katanya.



——————————————————-
Jumat, 29 Mei 2015
Jurnalis : Miechell Koagouw
Fotografer : Miechell Koagouw
Editor : ME. Bijo Dirajo
——————————————————-