![]() |
Prajurit Kraton Yokyakarta |
CENDANANEWS (Yogyakarta) – Bila ke Kraton Yogyakarta atau pada acara tetentu kita akan melihat barisan prajurit Keraton Yogyakarta, namun tidak tahu nama dan sejarah dari tiap kesatuannya. Prajurit keraton Yogyakarta dahulu merupakan kesatuan-kesatuan prajurit tangguh dengan fungsi berbeda tergantung tugasnya.
Prajurit keraton Yogyakarta merupakan “jelmaan” dari prajurit-prajurit tangguh Kerajaan Mataram yang pernah menyerang Batavia di bawah komando Sultan Agung Hanyokrokusumo. Keraton Yogyakarta bersama Kasunanan Surakarta menjadi pecahan dari kerajaan Mataram mewarisi ketangguhan prajurit-prajuritnya.
Bahkan prajurit kesultanan Yogyakarta terlibat langsung dalam pertempuran melawan Belanda dan Inggris. Namun seiring bergabungnya Kesultanan Yogyakarta dengan Republik Indonesia, prajurit keraton Yogyakarta pun lebih difungsikan sebagai “prajurit budaya”, dan bukan lagi prajurit tempur.
Namun kini masyarakat masih memiliki kesempatan untuk mendaftar menjadi prajurit keraton Yogyakarta dengan berbagai syarat yang telah ditentukan. Walaupun kini telah menjadi “prajurit budaya” dan banyak diisi masyarakat yang telah lanjut usia, namun sisa-sisa kejayaan dan ketangguhan prajurit Keraton Yogyakarta yang kekuatannya pernah menggentarkan negara-negara Eropa masih terlihat.
Berikut Cendananews, unggah kesatuan-kesatuan Prajurit Keraton Yogyakarta, agar lebih mengenal seluk beluk salah satu unit penting dari Keraton Yogyakarta.
1. Prajurit Wirobrojo
Nama Wirabraja berasal dari kata wira berarti ‘berani’ dan braja berarti ‘tajam’, kedua kata itu berasal dari bahasa Sansekerta. Secara filosofis Wirabraja bermakna suatu prajurit yang sangat berani dalam melawan musuh dan tajam serta peka panca inderanya. Dalam setiap keadaan ia akan selalu peka.
Dalam membela kebenaran ia akan pantang menyerah, pantang mundur sebelum musuh dapat dikalahkan. Dengan nama kuno dari bahasa Sansekerta secara filosofis diharapkan agar kandungan maknanya mempunyai daya magis yang memberi jiwa kepada seluruh anggota pasukan ini.
Panji-panji/bendera/klebet/dwaja prajurit Wirabraja adalah Gula-klapa, berbentuk empat persegi panjang dengan warna dasar putih, pada setiap sudut dihias dengan centhung berwarna merah seperti ujung cabai merah (kuku Bima). Di tengahnya adalah segi empat berwarna merah dengan pada bagian tengahnya adalah segi delapan berwarna putih.
Gula-klapa berasal dari kata ‘gula’ dan ‘kelapa’. Yang dimaksud di sini adalah gula Jawa yang terbuat dari nira pohon kelapa yang berwarna merah; sedangkan ‘kelapa’ berwarna putih. Secara filosofis bermakna pasukan yang berani membela kesucian/kebenaran. Bekas komplek tempat tinggal prajurit Wirobrojo kini dinamai kawasan Wirobrajan.
2. Prajurit Dhaeng
Nama Dhaeng berasal dari bahasa Makasar sebagai sebutan gelar bangsawan di Makasar. Secara filosofis Dhaeng bermakna prajurit elit yang gagah berani seperti prajurit Makasar pada waktu dahulu dalam melawan Belanda.
Menurut sejarah, prajurit Dhaeng adalah prajurit yang didatangkan oleh Belanda guna memperkuat bala tentara R.M. Said. R.M. Said kemudian berselisih dengan P. Mangkubumi. Padahal kedua tokoh ini semula bersekutu melawan Belanda. Puncak atas perselisihan itu adalah perceraian R.M. Said dengan istrinya. Istri R.M. Said adalah putri Hamengku Buwono I. Pada waktu memulangkan istrinya, R.M. Said (P. Mangkunegara) khawatir jika nanti Hamengku Buwono I marah.
Guna menjaga hal yang tidak diinginkan, kepulangan sang mantan istri, Kanjeng Ratu Bendara diminta agar diiringkan oleh pasukan pilihan, yaitu prajurit Dhaeng. Setelah sampai di Kraton Yogyakarta, justru disambut dengan baik. Prajurit Dhaeng diterima dengan tangan terbuka, disambut dengan baik. Atas keramahtamahan itu prajurit Dhaeng kemudian tidak mau pulang ke Surakarta. Mereka kemudian mengabdi dengan setia kepada Hamengku Buwono I. Laskar Dhaeng kemudian oleh Hamengku Buwono I diganti menjadi Bregada Dhaeng.
Panji-panji/bendera/klebet/dwaja prajurit Dhaeng adalah Bahningsari, berbentuk empat persegi panjang dengan warna dasar putih, di tengahnya adalah bintang segi delapan berwarna merah. Bahningsari berasal dari kata bahasa Sansekerta bahning berarti ‘api’ dan sari berarti ‘indah / inti’. Secara filosofis bermakna pasukan yang keberaniannya tidak pernah menyerah seperti semangat inti api yang tidak pernah kunjung padam. Komplek bekas tempat tinggal prajurit Dhaeng, kini dinamai kawasan Daengan.
3. Prajurit Patangpuluh
Mengenai asal usul nama Patangpuluh sampai sekarang belum ada rujukan yang dapat menjelaskan secara memuaskan. Nama Patangpuluh tidak ada hubungannya dengan jumlah anggota bregada.
Panji-panji/bendera/klebet/dwaja prajurit Patangpuluh adalah Cakragora, berbentuk empat persegi panjang dengan warna dasar hitam, di tengahnya adalah bintang segi enam berwarna merah. Cakragora berasal dari kata bahasa Sansekerta “cakra” ‘senjata berbentuk roda bergerigi’ dan “gora”, juga dari bahasa Sansekerta berarti ‘dahsyat, menakutkan’. Secara filosofis bermakna pasukan yang mempunyai kekuatan yang sangat luar biasa, sehingga segala musuh seperti apa pun akan bisa terkalahkan. Komplek tempat tinggal prajurit Patangpuluh, kini dinamai kawasan Patangpuluhan.
4. Prajurit Jagakarya
Prajurit Jagakarya berasal kata jaga dan karya. Kata ‘jaga’ berasal bahasa Sansekerta berarti ‘menjaga’, sedangkan ‘karya’ dari bahasa Kawi berarti ‘tugas, pekerjaan’. Secara filosofis Jagakarya bermakna ‘pasukan yang mengemban tugas selalu menjaga dan mengamankan jalannya pelaksanaan pemerintahan dalam kerajaan’.
Panji-panji/bendera/klebet/dwaja prajurit Jagakarya adalah Papasan, berbentuk empat persegi panjang dengan warna dasar merah, di tengahnya adalah lingkaran dengan warna hijau. Papasan berasal dari kata nama tumbuhan atau burung papasan. Pendapat lain Papasan berasal dari kata dasar ‘papas’ menjadi ‘amapas” yang berarti ‘menghancurkan’. Secara filosofis papasan bermakna pasukan pemberani yang dapat menghancurkan musuh dengan semangat yang teguh. Komplek tempat tinggal prajurit Jagakarya kini dinamai kawasan Jagakaryan.
5. Prajurit Prawiratama
Nama Prawiratama berasal kata prawira dan tama. Kata ‘prawira’ berasal dari bahasa Kawi berarti ‘berani, perwira’, ‘prajurit’, sedangkan “tama” atau “utama” bahasa Sansekerta yang berarti ‘utama, lebih’; dalam bahasa Kawi berarti ‘ahli, pandai’. Secara filosofis Prawiratama bermakna pasukan yang pemberani dan pandai dalam setiap tindakan, selalu bijak walau dalam suasana perang.
Panji-panji/bendera/klebet/dwaja prajurit Prawiratama adalah Geniroga, berbentuk empat persegi panjang dengan warna dasar hitam, di tengahnya adalah lingkaran dengan warna merah. Geniroga berasal dari kata ‘gent berarti ‘api’, dan kata Sansekerta ‘roga’ berarti ‘sakit’. Secara filosofis bermakna pasukan yang diharapkan dapat selalu mengalahkan musuh dengan mudah. Komplek tempat tinggal prajurit Prawiratama kini dinamai kawasan Prawirataman.
6. Prajurit Nyutra
Nama Nyutra berasal kata dasar sutra mendapatkan awalan N. Kata sutra dalam bahasa Kawi berarti 1) ‘unggul’, 2) lulungidan (ketajaman), 3) ‘pipingitan/’sinengker? ; sedang dalam bahasa Jawa Baru berarti ‘bahan kain yang halus’; sedangkan awalan N- berarti ‘tindakan aktif sehubungan dengan sutra’. Prajurit Nyutra merupakan prajurit pengawal pribadi Sri Sultan.
Prajurit ini merupakan kesayangan raja, selalu dekat dengan raja. Secara filosofis Nyutra bermakna pasukan yang halus seperti halusnya sutera yang menjaga mendampingi keamanan raja, tetapi mempunyai ketajaman rasa dan ketrampilan yang unggul. Itulah sebabnya prajurit Nyutra ini mempunyai persenjataan yang lengkap (tombak, towok dan tameng, senapan serta panah/jemparing). Sebelum masa Hamengku Buwono IX, anggota Prajurit Nyutra diwajibkan harus bisa menari.
Panji-panji/bendera/klebet/dwaja prajurit Nyutra adalah Podhang ngingsep sari dan Padma-sri-kresna. Podhang ngingsep sari untuk Prajurit Nyutra Merah, berbentuk empat persegi panjang dengan warna dasar kuning, di tengahnya adalah lingkaran dengan warna merah. Padma-sri-kresna untuk Prajurit Nyutra Hitam berbentuk empat persegi panjang dengan warna dasar kuning, di tengahnya adalah lingkaran dengan warna hitam.
Podhang ngingsep sari berasal dari kata podhang berarti ‘kepodang (jenis burung dengan bulu warna kuning indah keemasan)’, ngingsep = ‘mengisap’, dan sari = ‘inti, sari’. Secara filosofis Nyutra Merah bermakna pasukan yang selalu memegang teguh pada keluhuran. Padma-sri-kresna berasal dari tiga kata bahasa Sansekerta, yaitu: “padma” berarti ‘bunga teratai’, “sri” berarti ‘cahaya, indah’, dan “kresna” yang berarti ‘hitam’. Secara filosofis Nyutra Hitam bermakna pasukan yang selalu membasmi kejahatan, seperti Sri Kresna sebagai titisan Dewa Wisnu. Komplek tempat tinggal prajurit Nyutra kini dinamai kawasan Nyutran.
7. Prajurit Ketanggung
Nama Ketanggung berasal kata dasar “tanggung” mendapatkan awalan ke-. Kata “tanggung” berarti ‘beban, berat1. Sedangkan ke- di sini sebagai penyangatan ‘sangat’.
Secara filosofis Ketanggung bermakna pasukan dengan tanggung jawab yang sangat berat. Hal ini ditunjukkan dengan adanya Puliyer (Wirawicitra / Wirawredhatama / Operwachmester).
Panji-panji/bendera/klebet/dwaja prajurit Ketanggung adalah Cakra-swandana, berbentuk empat persegi panjang dengan warna dasar hitam, di tengahnya adalah gambar bintang bersegi enam dengan warna putih. Cakra-swandana berasal dari bahasa Sansekerta “cakra” (senjata berbentuk roda bergerigi) dan kata Kawi “swandana” yang berarti ‘kendaraan/kereta’. Secara filosofis Ketanggung bermakna pasukan yang membawa senjata cakra yang dahsyat yang akan membuat porak poranda musuh. Komplek tempat tinggal prajurit Ketanggung kini dinamai kawasan Ketanggungan.
8. Prajurit Mantrijero
Nama Mantrijero berasal kata “mantri” dan “jero”. Kata “mantri” berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti ‘juru bicara, menteri, jabatan di atas bupati dan memiliki wewenang dalam salah satu struktur pemerintahan’. Sedangkan ?jero” berarti ‘dalam’. Secara harfiah kata Mantrijero berarti ‘juru bicara atau menteri di dalam’ Secara filosofis Mantrijero bermakna pasukan yang mempunyai wewenang ikut ambil bagian dalam memutuskan segala sesuatu hal dalam lingkungan Kraton (pemutus perkara).
Panji-panji/bendera/klebet/dwaja prajurit Mantrijero adalah Purnamasidhi, berbentuk empat persegi panjang dengan warna dasar hitam, di tengahnya adalah lingkaran dengan warna putih. Purnamasidhi berasal dari kata Sansekerta, yaitu “purnama” berarti ‘bulan penuh’ dan kata “siddhi” yang berarti ‘sempurna’. Secara filosofis Purnamasidhi bermakna pasukan yang diharapkan selalu memberikan cahaya dalam kegelapan. Komplek tempat tinggal prajurit Mantrijero kini dinamai kawasan Mantrijeron.
9. Prajurit Bugis
Nama Bugis berasal kata bahasa Bugis. Prajurit Bugis sebelum masa Hamengku Buwono IX bertugas di Kepatihan sebagai pengawal Pepatih Dalem. Semenjak zaman Hamengku Buwono IX ditarik menjadi satu dengan prajurit kraton, dan dalam upacara Garebeg bertugas sebagai pengawal gunungan. Secara filosofis Prajurit Bugis bermakna pasukan yang kuat, seperti sejarah awal mula yang berasal dari Bugis, Sulawesi.
Panji-panji/bendera/klebet/dwaja prajurit Bugis adalah Wulan-dadari, berbentuk empat persegi panjang dengan warna dasar hitam, di tengahnya adalah lingkaran dengan warna kuning emas. Wulan-dadari berasal dari kata “wulan” berarti ‘bulan’ dan “dadari” berarti ‘mekar, muncul timbul’. Secara filosofis bermakna pasukan yang diharapkan selalu memberikan penerangan dalam kegelapan, ibarat berfungsi seperti munculnya bulan dalam malam yang gelap yang menggantikan fungsi matahari. Komplek tempat tinggal prajurit Bugis kini dinamai kawasan Bugisan.
10. Prajurit Surakarsa
Nama Surakarsa berasal dari kata sura dan karsa. Kata “sura” berasal dan bahasa Sansekerta berarti ‘berani’, sedangkan “karsa” berarti ‘kehendak’. Dahulu Prajurit Surakarsa bertugas sebagai pengawal Pangeran Adipati Anom / ‘Putra Mahkota’; bukan bagian dari kesatuan prajurit kraton. Secara filosofis Surakarsa bermakna pasukan yang pemberani dengan tujuan selalu menjaga keselamatan putra mahkota. Sejak masa Hamengku Buwono IX, pasukan ini dijadikan satu dengan prajurit kraton dan dalam upacara Garebeg mendapat tugas mengawal Gunungan pada bagian belakang.
Panji-panji/bendera/klebet/dwaja prajurit Surakarsa adalah Pareanom, berbentuk empat persegi panjang dengan warna dasar hijau, ditengahnya adalah lingkaran dengan warna kuning. Pareanom berasal dari kata “pare” (tanaman merambat berwarna hijau yang buahnya jika masih muda berwarna hijau kekuning-kuningan), dan kata “anom” berarti ‘muda’. Secara filosofis Pareanom bermakna pasukan yang selalu bersemangat dengan jiwa muda. Komplek tempat tinggal prajurit Surakarsa kini dinamai kawasan Surakarsan.


——————————————————-
Selasa, 26 Mei 2015
Jurnalis : Mohammad Natsir
Fotografer : Mohammad Natsir
Editor : ME. Bijo Dirajo
——————————————————-