Keterbatasan Ruangan Murid SD ini Masih Belajar di Bangunan Lama

Sekolah Dasar Negeri 3 Kuripan Berdinding Papan
CENDANANEWS(Lampung) – Meski telah memiliki gedung baru, namun kegiatan belajar mengajar di sebuah sekolah di Provinsi Lampung ini tetap menggunakan gedung lama . Hal tersebut dikarenakan keterbatasan ruangan yang ada pada gedung baru.

“Gedung baru terdiri dari tiga ruangan, satu untuk kantor, sementara dua lainnya untuk KBM kelas 5 dan 6, sementara yang lain masih menggunakan gedung lama,”kata Kepala Sekolah Dasar Negeri 3 Kuripan, Rukyah kepada cendananews.com, Jumat (17/04/2015).

Gedung baru yang memiliki tiga ruangan

Murid kelas 1 – 4 SD Negeri 3 Kuripan yang terletak di Desa Kuripan Kecamatan Penengahan Lampung Selatan harus belajar di ruangan yang berdinding papan, kaca kaca yang pecah, serta plafon yang bolong di beberapa bagian yang masih beratapkan asbes.

Sekolah yang berdiri sejak 30 Mei 1984 ini saat disambangi Cendananews.com kondisinya sungguh memprihatinkan. Beberapa kelas bahkan harus dipergunakan untuk kelas rangkap yakni kelas 1 dan 2, sementara kelas lainnya pun masih mempergunakan ruangan lain yang sebagian besar tak layak dan rusak. Kursi kursi rusak diletakkan di samping ruangan yang dipergunakan untuk belajar, nyaris bukan seperti sebuah ruangan untuk belajar.
“Persis seperti gudang mas, tapi mau bagaimana lagi kami tidak memiliki ruangan lain dan ini yang masih ada tetap dimanfaatkan agar para siswa tetap bisa belajar,” ujar Rukyah.
Keadaan Sekolah
Sekolah yang hanya terdiri dari dua unit bangunan tersebut terletak di Jalan Dusun Sekurip dan berada di pedalaman. Berdasarkan penuturan sang kepala sekolah Rukyah (51) luas sekolah ini terdiri dari bangunan dengan Lebar 50 meter Panjang 75 meter serta lapangan rumput yang ada di sini. Tak ada fasilitas lapangan olahraga atau fasilitas lain yang memadai. Jalanan desa ini pun bukan batu atau aspal melainkan tanah putih yang becek saat hujan turun dan berdebu saat musim kemarau melanda.
Sekolah yang sudah berganti beberapa kepala sekolah ini sekarang hanya memiliki sekitar 8 tenaga pendidik berikut kepala sekolah. Saat ini SDN 3 Kuripan dikepala sekolahi oleh Rukyah dibantu oleh tenaga guru yakni Ihsan, Tri Ratna Herawati, Sudarti, Khairudin, Yudi Suhendra , Heri Setiawan, Sukanto Bagus Hidayat.
“Ini adalah bangunan lama tapi masih dipergunakan sebab kami tidak memiliki cukup bangunan, banguan yang baru dipakai untuk kantor dan juga untuk kelas 5 dan 6,” ungkap Rukyah sambil menunjukkan plafon sekolah yang sudah jebol yang dipakai untuk kelas rangkap 1 dan 2.
Keadaan Lokal
Bangunan lama ujar Rukyah awalnya terdiri dari sekitar 50 siswa meskipun beberapa diantaranya sudah tidak masuk sekolah karena diajak orangtuanya pindah, sehingga saat ini data siswa yang ada di sekolah tersebut terdiri dari siswa kelas 1  ada 7 siswa, kelas 2 terdiri dari 12 siswa, kelas 3 sebanyak 10 siswa, kelas 4 ada 8 siswa, kelas 5 ada sebanyak 6 orang, kelas 6 ada 4 siswa. 
Rukyah juga mengungkapkan siswa yang jumlahnya sedikit tersebut  rata rata adalah keluarga dari petani pekebun sehingga saat pulang sekolah membantu orangtua mereka di kebun adalah hal biasa.
“Lokal sekolah yang di bawah sudah rusak dipakai oleh tiga kelas satu diantaranya untuk dipakai dua kelas sekaligus tanpa sekat, sementara bangunan baru untuk kantor dan kelas 5,6,” terang Rukyah.
Keadaan Lokal
Ia berharap pemerintah setempat segera merealisasikan untuk memberikan bangunan baru yang rencananya akan segera dibangun namun belum terealisasi. Sebab selain kondisi bangunan yang sudah tidak layak untuk kegiatan belajar mengajar ia juga mengkuatirkan keselamatan para murid jika sewaktu waktu ada bagian bangunan yang roboh atau plafon jatuh.
Rukyah mengaku meski baru beberapa lama menjabat sebagai kepala sekolah di tempat tersebut ia terus melakukan pembenahan karena sekolahnya saat ini tak mendapat dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Sedangkan kondisi plafon, kaca pecah di beberapa bagian, papan bolong sudah menjadi pemandangan bertahun tahun.
“Pernah beberapa siswa hampir terkena plafon dan kayu yang lapuk akibat dimakan rayap dan usia,” ujar Rukyah.
Selain minimnya fasilitas untuk belajar, sekolah berdinding papan ini bahkan tak memiliki WC yang memadai dan menggunakan WC darurat. Fasilitas listrik baru hari ini dipasang, yang sebelumnya menumpang menggunakan fasilitas listrik yang disalurkan dari masjid desa.
Lihat juga...