Danantara Bisa Setara VOC ?

Sumber kekayaan VOC diperoleh melalui monopoli perdagangan rempah-rempah di seluruh Indonesia. Eksploitasi sumberdaya alam: kayu manis, cengkeh, pala produk-produk lainnya untuk dijual ke Eropa. Komoditas strategis kala itu. Kekayaan VOC juga dihimpun dari perdagangan internasional.

Bahkan pernah mencuat narasi. “Hindia Belanda mengapung di atas apungan kemakmuran industri gula”. Hanya satu komoditi saja. Nusantara sudah dibuat mengapung dalam “sampan kemakmuran”. Tapi sebenarnya bukan rakyat Nusantara yang makmur. Melainkan VOC, Kerajaan Belanda dan Rakyat Belanda.

Rakyat Nusantara merupakan rakyat kelas ketiga. Setelah kelas Eropa dan Timur Asing. Golongan Timur Asing ini juga menikmati kemakmuran Indonesia. Golongan pribumi menikmati sisanya. Stratifikasi rasis ini dilegalisasi melalui UU yang diberlakukan di Hindia Belanda.

Kekayaan VOC dialokasikan untuk membiayai operasional perusahaan, memperluas wilayah kekuasaan, investasi di negaranya sendiri: Belanda. Termasuk untuk pembangunan infastruktur di Amsterdam Belanda.

Di Indonesia tersisa infrastruktur bisnis. Berupa perkebunan-perkebunan: teh, tebu, dan komoditas lainnya. Dinasionalisasi oleh pemerintah Indonesia setelah proklamasi kemerdekaan.

Peninggalan lainnya berupa rel-rel kereta api. Fasilitas irigasi. Jalan Deandles atau jalan pos. Kini kita masih merasakan warisan infrastruktur itu setelah dilakukan renovasi oleh pemerintah Indonesia. Peninggalan-peninggalan itu merupakan monumen eksploitasi kekayaan Indonesia melalui VOC. Untuk membangun dan memakmurkan negeri Belanda.

Mampukah Danantara setara VOC?. Bukan saja unggul atas Temasek dan Khasanah. Akan tetapi menjadi mega korporasi terdepan di dunia. Sejarahnya, bangsa ini bisa melakukan. Hanya saja kala itu dikelola bangsa lain. Kini dikelola bangsa sendiri.

Lihat juga...