KYAI ACHMAD SHIDDIQ DAN NIAT KETIKA DI TPS

Oleh: Abdul Rohman Sukardi

Pada tahun 2000-an saya intensif interaksi dengan Gus Saif dan kakaknya. Almaghfurllah Kyai Syawqi Abdul Chalim Shiddiq. Banyak tempaan saya peroleh dari keluarga ini.

Ketika saya ingin tahu pandangan generasi salaf tentang suatu hal, keluarga inilah tumpuan saya bertanya. Responnya cepat. Sebagai jalan pintas bagi saya yang tidak belajar kitab-kitab klasik.

Makna do’a (sebelum mencoblos di TPS) itu apa Gus…?”, tanya saya. Jawabannya melalui voice note singkat. Doa itu terinspirasi dari kedua panutan Gus Saif, Gus Miek dan Kyai Achmad Shiddiq.

Doa itu, terkandung makna, kita sebaik-baik ciptaan Allah swt, harus menegakkan amar ma’ruf nahi munkar. Upaya itu secara holistik-komprehensif akan terwujud ketika sudah ada pemerintahan. Maka aspirasi politik harus diniatkan sebagai upaya untuk mewujudkan amar ma’ruf nahi munkar.

Setelah berijtihad menentukan pilihan dan kemudian memilih disertai doa, selebihnya diserahkan kepada keputusan Allah Swt. Ada aspek spiritual yang dilekatkan dalam proses penyampaian aspirasi politik itu.

Kyai Achmat Shiddiq berpandangan menyalurkan aspirasi politik dalam konteks membangun NKRI itu hukumnya wajib. Merupakan sikap tidak bertanggung jawab ketika tidak cocok dengan calon-calon pemimpin, kemudian golput.

Semua orang yang diberi kesempatan menikmati kenyamanan hidup di Indonesia harus berkontribusi mewujudkan pemerintahan. Untuk sarana amar ma’ruf nahi munkar.

Allah Swt sudah menganugerahkan NKRI. Pendahulu bangsa meletakkan filosofi dasar pembangunan peradaban melalui Pancasila. Merupakan elaborasi dari konsepsi peradaban Madinah sebagai mana dicontohkan Rasulullah Swt.

Lihat juga...