Rekonstruksi Peradaban Nusantara: Kesatu dari Tujuh Langkah

Oleh: Abdul Rohman

Prasarat pertama dari tujuh langkah dalam rekonstruksi peradaban nusantara atau dalam membalik arus dan gelombang sejarah bangsa Indonesia adalah konsolidasi implementasi Pancasila. Agar Indonesia terakselerasi pembanggunannya untuk segera setara negara maju adalah dengan menjadikan Pancasila sebagai road map idiologis. Konsepsi membalik arus dan gelombang sejarah bangsa ini dikupas mendalam dalam bab terakhir (bab 7) buku “Presiden Soeharto dan Visi Kenusantaraan”.

Keharusan konsistensi Pancasila sebagai road map idiologis bagi pembangunan bangsa Indonesia ditekankan betul oleh Presiden Soekarno dan Presiden Soeharto. Menurut keduanya, Pancasila harus menjadi panduan untuk mewujudkan peradaban Indonesia.

Presiden Soekarno dalam sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945 menyatakan “ruh Indonesia merdeka yang kekal dan abadi haruslah Pancasila”. Adapun wasiat Presiden Soeharto menyatakan bahwa cita-cita perjuangan bangsa Indonesia yang ingin tetap merdeka, berdaulat, bisa hidup dalam kemakmuran dan keadilan, dapat diwujudkan manakala konsisten menggunakan Pancasila sebagai landasan idiil dan UUD 1945 sebagai landasan konstitusionilnya.

Terdapat dua alasan utama menjadikan Pancasila sebagai road map idiologis tegaknya kembali tatanan peradaban Nusantara. Pertama adalah Pancasila memenuhi unsur-unsur universalisme penopang tegaknya peradaban skala besar. Kedua, memiliki kesesuaian dengan akar historis maupun komitmen spiritual masyarakat nusantara.

Tegaknya peradaban mempersyaratkan adanya landasan idiologi yang kuat. Maka upaya membalik arus dan gelombang sejarah peradaban Nusantara (Indonesia) untuk menjadi bangsa yang maju dan berdaulat, akan banyak ditentukan oleh konsistensinya dalam berpegang teguh terhadap Pancasila sebagai road map idiologis.

Lihat juga...