Masih Kurangnya Infrastrukur Kesehatan Sebabkan Sulitnya Atasi Masalah Gizi Anak

Plt. Deputi Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN Dwi Listyawardani saat ditemui ANTARA di Kantor Pusat BKKBN Jakarta. ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti

Menurut Dani, Indonesia sebenarnya sudah memiliki banyak sekali dokter, perawat ataupun kader-kader yang dapat dikerahkan di seluruh pelosok Tanah Air. Hanya saja, terkadang kondisi seperti keamanan, kenyamanan dan stabilitas di sebuah daerah tak menunjang kinerja mereka.

“Banyak dokter ada di kota, tapi yang mau dimutasi jarang. Awalnya yang mau banyak tapi akhirnya tidak betah karena berbagai hal. Kalau misalnya di tempatkan di pedalaman, tapi suasananya tidak aman? kan ada saja yang menimbulkan hambatan kemanusiaan. Tidak bisa salahkan mereka juga,” ujar dia.

Dani mengaku, pemerintah tak bisa berdiam diri dengan semua strategi yang dirancang saja. Perlu ada intervensi yang lebih masif digencarkan dalam menyelesaikan kondisi itu.

Sebab itu, agar data yang didapatkan dapat lebih spesifik di tengah keterbatasan infrastruktur tadi, pada bulan Februari ini status tumbuh kembang semua anak balita di Indonesia akan diukur, termasuk status gizinya.

“Pengumpulan data sebelumnya sudah kita kumpulkan melalui PK 2021, jadi pemetaan keluarga sudah ada, sudah terkumpul. Ditambah data ini nantinya akan ada data baru untuk status gizi anak di seluruh Indonesia. Kemudian data tersebut kita gabung interoperability antar sumber data, baru kita menyasar pada bidikan yang sama,” kata dia. (Ant)

Lihat juga...