Program Damandiri Mampu Tampakkan Filosofis Musholla Moseum Memorial HM Soeharto

Redaktur: Muhsin Efri Yanto

Kepala Moseum Memorial HM Soeharto, sekaligus Manajer Umum Koperasi Sahabat Damandiri Sejahtera Argomulyo selaku pelaksana program DCML di Argomulyo, Gatot Nugroho menunjukkan salah satu falsafah hidup Pak Harto yang terdapat pada relief Moseum. Foto: Jatmika H Kusmargana

Bangunan Mushola Moseum Memorial HM Soeharto ini, dikatakan Gatot dibangun di sisi barat daya bangunan utama Moseum. Jika ditarik garis lurus maka akan sampai pada bangunan sumur tua yang dibangun oleh kakek Pak Harto, yakni Atmo Sudiro pada 1887, yang terletak di sisi timur laut. Dimana sumur inilah yang dulu menjadi sumber kehidupan keluarga pak Harto semasa kecil.

“Jika musholla ini menggambarkan tanah atau bumi sebagai tempat berpijak, maka sumur tua di sisi timur laut menggambarkan unsur air. Diantara keduanya itu lah, terdapat miniatur 8 buah obor yang melambangkan api, sebagai cermin semangat perjuangan, dan pengabdian Pak Harto kepada bangsa dan negara Indonesia,” jelasnya.

Tak hanya itu, di sepanjang garis imajiner yang menghubungkan musholla dan sumur tua itu, banyak terdapat semboyan atau falsafah hidup yang selama ini menjadi pedoman dan pegangan Pak Harto menjalani kehidupan. Seperti filosofi SA-SA-SA pada bagian relief Moseum, hingga 8 buah falsafah lainnya yang terdapat di setiap miniatur obor di sepanjang garis imajiner.

“Berbagai falsafah Pak Harto ini ditampilkan dengan harapan akan mampu menginspirasi setiap pengunjung yang datang ke Moseum ini,” jelasnya.

Sebagaimana diketahui Lewat program renovasi masjid dan mushola di Desa Cerdas Mandiri Lestari (DCML), Yayasan Damandiri yang merupakan yayasan bentukan Pak Harto, melakukan perbaikan total Musholla Moseum Memorial HM Soeharto, di Argomulyo, Sedayu Bantul, pada November 2021 lalu.

Lihat juga...