Angin, Gelombang Pasang Sebabkan Volume Sampah di Teluk Lampung Meningkat

Redaktur: Muhsin Efri Yanto

“Kendala yang dihadapi warga saat angin kencang berpotensi merusak atap rumah dan sampah plastik meningkat,” ulasnya.

Warga sebut Nurjanah membangun rumah dengan sistem rumah panggung. Kearifan lokal membangun rumah panggung dari bahan kayu, bambu bertujuan memecah ombak. Saat ombak besar mengarah ke pantai ia menyebut air laut memecah pada tiang bambu, kayu. Pembersihan sampah pada area permukiman warga menjadi cara menjaga lingkungan tetap nyaman ditinggali. Rumah di tepi pantai ditanami bunga agar tetap asri.

Dani, warga Desa Rangai Tritunggal, Kecamatan Katibung, Lampung Selatan, Rabu (24/11/2021). Foto: Henk Widi

Peningkatan volume sampah imbas angin kencang, gelombang pasang juga terjadi di Pantai Sukaraja. Hasan, salah satu nelayan menyebut penambahan volume sampah menjadi jalan reklamasi oleh penambahan material sampah. Penumpukan sampah di area pantai Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Bumi Waras, Bandar Lampung berlangsung sejak puluhan tahun silam. Pada jangka pendek sampah meningkat dari sejumlah sungai imbas banjir.

“Sampah yang mengalir dari sungai Bako, sungai Balau, sungai Way Lunik dan saluran air permukiman warga terdampar di pantai,” sebutnya.

Nelayan sebut Hasan terpaksa menyandarkan perahu pada tumpukan sampah. Penambahan volume sampah dipengaruhi faktor proses penangkapan ikan memakai jaring payang tepian. Saat penarikan sampah mengambang di perairan ikut terbawa ke tepi terutama saat musim angin barat disertai gelombang pasang.

Lihat juga...