Usaha Kerajinan Tenun Tradisional Badui Kembali Menggeliat
LEBAK — Usaha kerajinan tenun tradisional masyarakat Badui di pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten kembali menggeliat dan permintaan pasar cenderung meningkat.
“Sejak dua pekan terakhir permintaan kain tenun meningkat dari biasanya satu potong, kini menjadi 10 potong kain tenun per pekan, ” kata Ambu Silvi (35) seorang perajin tenun warga Badui di kediamannya di Kampung Kadu Ketug Desa Kanekes Kabupaten Lebak, Jumat (1/10/2021).
Permintaan sebanyak 10 potong kain tenun Badui itu bisa menghasilkan pendapatan Rp1,3 juta, dari sebelumnya pendapatan hanya Rp130 ribu/pekan.
Meningkatnya permintaan kain tenun Badui dapat menggairahkan kembali pertumbuhan ekonomi masyarakat adat. Sebab, pelaku kerajinan tenun Badui cukup banyak tersebar di perkampungan masyarakat Badui.
“Kerajinan tenun Badui diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi mereka, ” katanya.
Begitu juga perajin kain tenun Badui, Neng (45) warga Kadu Ketug Kabupaten Lebak mengaku permintaan pasar cenderung meningkat setelah pemerintah kembali membuka kawasan wisata dengan menurunnya kasus penyebaran COVID-19.
Kepala Seksi Industri Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Lebak, Sutisna mengatakan pemerintah daerah hingga kini masih melakukan pembinaan dan pelatihan guna meningkatkan mutu dan kualitas, di antaranya menggunakan bahan baku baku benang dari Majalaya, Bandung.
Selain itu juga bahan baku pewarna,corak dan motif dari pepohonan dan dedaunan yang alami.
Pembinaan kerajinan Badui itu dilakukan secara bertahap karena jumlah perajin sekitar 420 unit usaha tenun Badui dan memberikan dampak positif bagi penduduk sebanyak 10.600 jiwa.