Jembatan Beton Jadi Ikon Wisata Kampung Nelayan di Pulau Pasaran
Editor: Koko Triarko
Sumardiono bilang, pengunjung juga bisa melihat dari dekat produksi ikan teri sebagai usaha utama warga. Beberapa warga membuat keripik teri hingga kerajinan rajut dari bekas tambang kapal untuk oleh-oleh.
Bagi pecinta fotografi, kegiatan warga nelayan melakukan perbaikan perahu kayu, bagan apung hingga bangkai kapal bisa menjadi spot foto. Meski hanya bisa dilintasi dengan motor roda tiga atau berjalan kaki,, suasana pulau cukup nyaman.
Herawati, remaja asal Tanjung Karang, menyebut penasaran dengan jembatan dan pulau Pasaran. Memakai kendaraan motor, ia bisa menikmati suasana sejuk rerimbunan mangrove api api.
Mengunjungi pulau dengan jembatan sepanjang seratus meter tersebut, ia menyebut hendak membuat konten media sosial berbasis video dan foto. Waktu tepat berkunjung, sebutnya pada sore hari.
“Pertama diajak kawan sekaligus mengobati penasaran, karena ternyata ada pulau yang terhubung dengan jembatan di kota Bandar Lampung,” ulasnya.
Herawati mengaku harus ekstra hati hati saat melintas di jembatan. Sebab, selain ukuran lebar jembatan hanya dua meter, ia kerap harus berpapasan dengan kendaraan lain. Beberapa titik jembatan yang berlubang ditutupi dengan plat besi, dan pagar jembatan sebagian rusak. Spot jembatan menjadi lokasi yang menarik untuk melihat suasana pulau dan melihat dari dekat aktivitas nelayan.
Herawati menyebut, saat masuk di pulau Pasaran ia juga tetap bisa menikmati kuliner tradisional. Sejumlah pedagang bakso, mi ayam bisa ditemui, sehingga ia bisa menikmati kuliner tersebut sembari duduk di tepi pantai.
“Spot foto menarik bisa menjadi latar belakang berupa perahu, bagan apung hingga lokasi pengeringan ikan teri. Meski berada dekat kota, namun suasana tetap sepi,” katanya.