BRIN: Jakarta Ada Potensi Terendam, Bukan Akan Tenggelam

Editor: Makmun Hidayat

Ia menyatakan penurunan muka tanah ini bisa dicegah atau minimal diperlambat dengan langkah yang bersifat lokal. Sementara untuk peningkatan muka air laut, tentunya langkah yang harus dilakukan bersifat global dan berkolaborasi dengan negara-negara lainnya.

“Kalau memang itu benar adanya, bahwa Jakarta akan tenggelam di tahun 2050 maka, jika kita ambil sisi positifnya, kita masih memiliki waktu 29 tahun untuk mengkaji, menelaah secara ilmiah dengan analisis tajam, akurat dan ter-update setiap saat, untuk mengeluarkan kebijakan yang sesuai dengan isu ini,” kata Eddy.

Ia mengimbau kepada seluruh pihak untuk bereferensi pada beberapa hasil kajian komprehensif, seperti yang dikeluarkan oleh The Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC).

“Dengan berbasis pada hasil kajian yang komprehensif maka tak setiap orang melakukan penafsiran sendiri dan menyebabkan kepanikan. Tidak cute dan tidak polite seperti itu,” ujarnya.

Berdasarkan simulasi peningkatan muka air laut, pada tahun 2050, ada 24,3 persen wilayah DKI Jakarta yang terendam air. Atau sekitar 160,4 kilometer persegi, yang meliputi daerah pinggir sepanjang Cilincing, Koja, Tanjung Priok, Pademangan dan Penjaringan.

“Jadi belum sampai tuh ke Monas. Apalagi sampai merendam Monas seperti ilustrasi yang banyak disampaikan,” ujarnya lebih lanjut.

Berbeda jika melihat pada aspek penurunan muka tanah. Yang dalam diskusi ini adalah di area pantura Jawa. “Perkembangan dan eksploitasi pemanfaatan lahan yang relatif cepat di kota besar sepanjang wilayah pantai utara Jawa, sepeeri Tangerang, DKI Jakarta, Bekasi, Karawang, Cirebon, Tegal, Pekalongan, Semarang hingga Surabaya tentunya memiliki pengaruh besar pada kondisi tanah,” ungkap Eddy lebih lanjut.

Lihat juga...