Satgas Covid-19 Tanggapi Isu Rumah Sakit di Sikka ‘Mengcovidkan’ Pasien
Terkait insentif Nakes yang dikatakan besar, Clara menyebutkan, kalau insentif selama masa pandemi ini pemerintah sudah menyiapkannya.
Ia menyebutkan, insentif tersebut untuk memberi stimulus, memberi semangat lebih kepada Nakes yang paling rentan tertular dan mengalami risiko yang besar saat menangani pasien Covid-19.
“Bukan kalau tidak diberikan insentif Nakes tidak semangat bekerja. Nakes tetap bekerja melayani pasien sesuai sumpah profesi mereka baik ada insentif maupun tidak,” ungkapnya.
Clara menjelaskan, pemerintah mempertimbangkan dengan segala risikonya karena Nakes lebih sering dan lebih rentan tertular Covid-19.
Lanjutnya, Nakes tidak tahu pasien yang datang berobat positif atau negatif Covid-19 sekalipun telah melakukan pemeriksaan rapid antigen.
“Pasien yang telah diperiksa rapid antigen terlebih dahulu belum tentu pasiennya tidak tidak positif. Bisa saja selama menjalani perawatan pasien tersebut tertular dari orang lain atau masih belum ada gejala,” ucapnya.
Sementara itu, saat melakukan aksi di gedung DPRD Sikka, GMNI Cabang Sikka mempertanyakan mekanisme pemerikasaan pasien di rumah sakit, sebab masyarakat mengeluhkan adanya dugaan rumah sakit mencovidkan pasien.
Ketua GMNI Sikka, Alvianus Lalong Ganggur mengatakan, pihaknya meminta DPRD Sikka mendesak Satgas Covid-19 Sikka agar bertanggung jawab dan mengevaluasi secara menyeluruh mekanisme pelayanan dan penanganan pasien Covid-19 di Sikka.
“Apa yang dilakukan Satgas Covid-19 Sikka telah mengalami krisis kepercayaan, sehingga merugikan masyarakat secara psikologis, ekonomi dan aspek pendidikan,” ungkapnya.
Alvin sapaannya menambahkan, GMNI meminta DPRD Sikka untuk mendesak Bupati Sikka agar mencopot direktur RSUD TC Hillers Maumere dan dokter utama penanganan pasien Covid-19 di Sikka dari jabatannya.