Modernisasi Pengembangan Garam, Tingkatkan Kualitas Garam Lokal

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

JAKARTA – Pengamat pertanian dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Dwi Andreas mengatakan, Indonesia berpotensi untuk menghasilkan garam yang cukup besar karena mempunyai garis pantai terpanjang di dunia. Namun sayangnya hingga saat ini kualitas garam yang diproduksi belum sepenuhnya memenuhi standar.

Salah satunya yaitu kadar natrium klorida (NaCI) yang masih berada di bawah 94 persen. Sehingga sektor pergaraman harus melakukan modernisasi dalam budi daya garam.

“Modernisasi ini untuk meningkatkan kualitas garam yang kadar NaCI-nya masih di bawah 94 persen,” ujar Dwi, saat dihubungi, Senin (27/9/2021).

Dikatakan dia, peningkatan kualitas tersebut menjadi strategi jangka panjang yang harus dilakukan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).

Tentu dalam upaya peningkatan kualitas ini sangat berkaitan dengan teknologi. Sehingga pemerintah harus melatih penambak garam dengan benar agar bisa meningkatkan kualitas garamnya.

Menurutnya, faktor cuaca memang tidak mudah diantisipasi oleh petani garam. Karena jika mendadak hujan tinggi, maka mereka mungkin hanya menutup tambak dengan plastik, tanpa ada bantuan teknologi dan inovasi baru.

Selain itu, faktor lainnya adalah kemampuan PT Garam untuk menampung garam hasil produksi petani lokal masih belum besar.

“Padahal mereka harus menyerapnya, termasuk juga mengolah kembali agar garam lokal meningkat kadar NaCl-nya dan bisa digunakan untuk industri. Tapi garam impor lebih murah, dan ini selalu jadi jalan pintas untuk memenuhi kebutuhan garam di Indonesia,” beber Dwi Andreas yang merupakan Guru Besar IPB.

Selanjutnya, faktor skema pengolahan garam di satu tambak atau single pond juga sangat berpengaruh. Memang menurutnya, pengolahan garam seperti ini tidak buruk tapi prosesnya harus diperbaiki.

Lihat juga...