AS, Inggris dan Australia Bangun Kerja Sama Keamanan di Indo-Pasifik untuk Imbangi China

Ketiga pemimpin itu tidak menyebut China. Pejabat senior pemerintah AS yang memberi pengarahan kepada wartawan sebelum pengumuman mengatakan langkah itu tidak ditujukan untuk melawan Beijing.

Kedutaan besar China di Washington bereaksi. Mereka mengatakan bahwa negara-negara “tidak boleh membangun blok eksklusif yang menyasar atau merugikan kepentingan pihak ketiga.”

“Secara khusus, mereka harus menghilangkan mentalitas Perang Dingin dan prasangka ideologis mereka,” kata kedubes.

James Clapper, mantan direktur intelijen nasional AS, mengatakan kepada CNN bahwa kemitraan itu merupakan langkah berani Australia mengingat ketergantungan ekonominya pada China.

“Jelas, China akan melihat ini sebagai provokasi,” kata Clapper.

Senator Partai Republik Ben Sasse mengatakan perjanjian itu “mengirim pesan kekuatan yang jelas kepada Ketua Xi.”

“Saya akan selalu menghargai langkah konkret untuk melawan Beijing dan ini adalah salah satunya,” kata dia.

Pengarahan resmi AS sebelum pengumuman mengatakan Biden tidak menyinggung rencana itu “dengan istilah tertentu” kepada pemimpin China Xi Jinping dalam percakapan telepon mereka pada Kamis lalu, namun “menggarisbawahi tekad kami untuk memainkan peran kuat di Indo-Pasifik.”

Para pejabat AS mengatakan propulsi nuklir akan membuat Angkatan Laut Australia beroperasi lebih tenang untuk jangka waktu yang lebih panjang, dan memberikan perlindungan di seluruh Indo-Pasifik.

Para pejabat mengatakan kemitraan yang diberi nama “AUKUS” itu juga akan melibatkan kerja sama di berbagai bidang, termasuk kecerdasan buatan dan teknologi kuantum.

Kemitraan tersebut tampaknya akan mengakhiri negosiasi Australia dengan pembuat kapal Prancis Naval Group untuk membangun armada kapal selam baru senilai $40 miliar (Rp711 triliun) sebagai pengganti kapal selam Collins yang berusia dua dekade lebih, menurut media Australia.

Lihat juga...