Penuhi Kebutuhan Sinar Matahari saat Pembenihan, Kunci Hidroponik Subur
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
“Saya menanam bayam dan pakcoy lewat hidroponik, dari pindah tanam ke instalasi sampai panen, hanya butuh waktu sekitar 20 hari. Setelah itu, nanti diganti lagi dengan bibit baru, yang sudah selesai disemai,” tandasnya.
Ira mengaku sistem hidroponik, sangat cocok bagi masyarakat perkotaan yang tidak memiliki lahan luas untuk budidaya tanaman, khususnya sayur mayur. Dirinya memanfaatkan teras rumah, yang disulap sebagai tempat budidaya hidroponik.
“Sistem ini, relatif mudah diterapkan. Siapa saja bisa. Apalagi bagi yang tidak suka kotor kena tanah atau takut cacing saat berkebun, dengan hidroponik ini, semuanya bersih. Paling-paling hanya ada lumut pada instalasi, yang bisa dibersihkan dengan mudah. Caranya cukup buka bagian guli atau penutupnya, kemudian dibersihkan. Setelah, itu instalasi pun siap digunakan kembali,” terang wanita yang memulai hidroponik sejak 5 tahun lalu tersebut.
Terpisah, hal senada juga disampaikan pegiat hidroponik, Wahyu Aditya. Saat dihubungi dirinya juga menjelaskan, bahwa hidroponik menjadi salah metode budidaya yang ‘bersih’.
“Hidroponik ini, cocok bagi masyarakat yang ingin bercocok tanam, namun tidak mau kotor kena tanah, sebab pada prosesnya hidroponik memang tidak menggunakan tanah sebagai media tanam, namun air bernutrisi yang mengalir,” terangnya.
Ada sejumlah keunggulan dari metode tersebut. Selain relatif lebih mudah perawatannya, karena hanya perlu memantau kadar kepekatan nutrisi (ppm), tingkat keasaman atau kebasaan (pH), serta air pada instalasi, juga bersih dari kotoran.
Ditanya terkait etiolasi, Wahyu mengaku untuk mencegahnya, bisa dilakukan dengan mempercepat pecah biji benih atau sprout.