Mengenal Manfaat Sianobakteri dalam Sistem Pertanian Berkelanjutan
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
JAKARTA – Penggunaan sianobakteri atau blue green algae memang belum banyak di Indonesia. Padahal, tak hanya menyelesaikan masalah kesuburan tanah, Sianobakteri juga mampu menyerap karbon dan memfiksasi nitrogen dari udara, sehingga membantu upaya penurunan emisi karbon di level lingkungan.
Peneliti Senior Biologi dan Kesehatan Tanah, Balai Penelitian Tanah, Jati Purwani, MSi, menjelaskan bakteri merupakan salah satu sumber pupuk hayati, selain fungi.
“Tuntutan yang disampaikan pada pelaku pertanian adalah bagaimana produksi pertanian dapat memenuhi kebutuhan pangan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada tanpa merusak lingkungan. Karena itu pupuk hayati atau inokulan mikroba menjadi pilihan dalam upaya menciptakan pertanian berkelanjutan. Salah satunya dengan menggunakan Sianobakteri,” kata Jati dalam acara bimtek, Senin (30/8/2021).
Ia menjelaskan sianobakteri atau blue green algae memiliki perbedaan dengan bakteri lainnya, yaitu sianobakteri memiliki komponen untuk melakukan fotosintesis.
“Sianobakteri ini mampu berfotosintesis dan mampu menangkap nitrogen bebas dari udara, yang akan menyokong kebutuhan hara tanaman itu sendiri atau tanaman lainnya,” ucapnya.
Karena ia mampu berfotosintesis, artinya sianobakteri akan menyerap karbondioksida dalam udara sehingga mampu membantu penurunan emisi karbon di level lingkungan.
“Sianobakteri ini ditemukan di berbagai lingkungan termasuk air tawar, lautan, tanah hingga batuan gundul. Bentuknya pun bisa berbentuk sel individu, koloni atau filamen. Bisa berdiri sendiri atau berkolonisasi dengan tanaman azola,” ucapnya lagi.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, sianobakteri memiliki efek menguntungkan pada tanaman padi, barley, oat, tomat, lobak, kapas, tebu, jagung, cabai dan selada.