Cuaca Terik di Semarang, Es Tebu hingga Dawet Laris Manis
Editor: Koko Triarko
“Hasilnya lumayanlah untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari,” ungkapnya.
Hal yang sama juga dialami pedagang es dawet, Wardi. Saat ditemui di sela berjualan keliling di wilayah Tembalang, Semarang, pria asal Purwodadi tersebut mengaku dawet dagangannya banyak dibeli masyarakat.
“Per gelas Rp5.000, murah meriah. Biar banyak yang beli,” terangnya.
Diakuinya, sejak musim kemarau pada awal bulan ini dagangannya banyak yang membeli. Terutama ketika berjualan di sekitar kawasan padat penduduk.
“Ya jualannya masuk ke kampung-kampung, kalau dulu masih ada anak sekolah, julannya di sekitar sekolahan, namun karena sekarang belum masuk semua, ya jualannya keliling,” terangnya.
Seharian berjualan, dirinya mengaku bisa menjual 30-40 gelas, bahkan kalau sedang ramai bisa 50-60 gelas.
“Cukup, apalagi dawetnya saya buat sendiri. Jadi, modalnya juga tidak besar. Hanya butuh santan sama gula jawa untuk pemanis,” ucapnya.
Ayah dua anak tersebut juga mengakui di saat musim kemarau seperti sekarang ini, menjadi saat yang tepat untuk mencari keuntungan sebanyak mungkin. “Mumpung musim penghujan masih jauh, jualan sebanyak mungkin,” pungkasnya.