Menjaga Gairah Belajar Anak Bisa Tekan Angka Putus Sekolah

Editor: Makmun Hidayat

BANDUNG — Ancaman anak putus sekolah di tengah masa pandemi Covid-19 bukan sebatas isapan jempol belaka. Pasalnya, di beberapa daerah, terutama di wilayah pedesaan, kasus tersebut sudah terjadi, bahkan angkanya mulai meningkat.

Tahun lalu saja, United Nations Children’s Fund (UNICEF) telah mencatat, sedikitnya ada 938 atau 1 persen anak Indonesia usia 7 sampai 18 tahun mengalami putus sekolah akibat dampak pandemi Covid-19.

Menurut Fajar Muchtar, Pendiri Pesantren Al-Musthafa di Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, kasus anak putus sekolah bisa ditekan dengan cara tetap menjaga gairah belajar mereka.

“Anak bisa putus sekolah itu tentu banyak faktornya, namun menurut saya yang utama adalah karena gairah belajar mereka yang semakin rendah akibat terlalu sering di rumah, dan belajar dengan sistem daring yang tidak efektif,” kata Fajar kepada Cendana News, Kamis (22/7/2021) di kampung Cipulus.

Fajar menilai, bahwa tugas menjaga gairah belajar anak sejatinya ada pada keluarga, khususnya orangtua dan guru. Mereka dituntut agar bisa mengarahkan anak tetap memiliki minat belajar.

“Ini perlu ide-ide kreatif. Misalnya anak-anak bisa diarahkan belajar sambil bermain di rumah masing-masing, yang penting konsep belajarnya fun lah. Guru yang seharusnya memikirkan ide ini, nanti orangtua yang eksekusi di rumah,” tukas Farhat.

Lebih lanjut, Fajar menekankan agar orangtua tidak membebani anak untuk turut bekerja memenuhi kebutuhan ekonomi. Sebab hal tersebut juga sangat berpotensi membuat gairah belajar anak menurun, bahkan hilang.

“Ini jangan sampai terjadi. Kita semua harus sadar, bahwa pendidikan itu sangat penting bagi anak-anak kita. Sebab pendidikan itu adalah jalan ampuh mengubah kehidupan. Maka kita tidak bisa ubah prioritas itu untuk hal yang lain,” papar Fajar.

Lihat juga...