Kanker Paru, Penyebab Kematian Tertinggi Akibat Kanker di Indonesia

Tangkapan layar Ketua Tim Kerja Onkologi Paru Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Prof dr Elisna Syahruddin, pada acara Peluncuran Layanan Digital PULIH, dalam rangka Hari Kanker Paru Sedunia secara daring di Jakarta, Rabu (28/7/2021) - Foto Ant

JAKARTA Kanker paru-paru, masih menjadi penyebab kematian tertinggi akibat kanker di Indonesia. Kanker paru-paru, terjadi karena adanya perubahan beberapa sel di organ dalam manusia tersebut.

“Kematian karena kanker paling banyak paru,” kata Ketua Tim Kerja Onkologi Paru Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Prof dr Elisna Syahruddin, pada acara Peluncuran Layanan Digital PULIH, dalam rangka Hari Kanker Paru Sedunia secara daring di Jakarta, Rabu (28/7/2021).

dr Elisna menjelaskan, kanker paru-paru dapat terjadi ketika beberapa sel di paru-paru mengalami perubahan, yang membuat sel tersebut tumbuh dan berkembang di luar kendali. Pertumbuhan sel ini akan membentuk sebuah benjolan atau biasa disebut tumor. “Memang kematian utama karena sebagian besar ketemu arenanya sudah di step lanjut. Malah ketemunya di 80 persen. 20 persen ketemunya itu insidentil. Misal, orang lagi check up tiba-tiba ketemu benjolan gitu,” jelas dr Elisna.

Penyakit paru-paru, banyak ditemukan saat pasien melakukan pemeriksaan kesehatan. Karena sulit untuk menemukan gejala awal, maka penyebab kematian akibat kanker paru-paru menempati posisi pertama di Indonesia. Sedangkan tingkat terjadinya kasus akibat kanker paru-paru menduduki posisi ketiga.

Alasan mengapa kanker paru-paru menjadi isu yang sangat dibicarakan saat ini adalah, karena perkembangan terapinya mengalami peningkatan yang lebih pesat. Walaupun dari segi penelitian, pendidikan dan melakukan diagnosa, para dokter di Indonesia sudah terbilang mampu dan baik, namun obat yang dapat digunakan belum tersedia.

“Jadi transformasi bahannya yang belum ada, kalau pengetahuan semuanya sama. Tapi aksesnya yang belum sama. Kalau saya ke Singapura dapat obatnya, tapi kenapa di Indonesia tidak dapat. Barangnya tidak ada di Indonesia. Itu permasalahannya,” ungkap dr Elisna, mengomentari persoalan obat untuk kanker paru-paru di Indonesia. (Ant)

Lihat juga...