Surabi dengan topping coklat yang nikmat dan menggugah selera, Sabtu (24/7/2021) di Ciparay, Kabupaten Bandung - Foto Amar Faizal Haidar
BANDUNG – Surabi, atau banyak orang mengenalnya dengan sebutan serabi, adalah kuliner tradisional nusantara yang sudah cukup melegenda. Kudapan berbahan dasar tepung beras dan kelapa tersebut, berbentuk bundar dan banyak dijumpai di berbagai daerah.
Di Kabupaten Bandung, tepatnya di Jalan Raya Pacet, kampung Andir, Desa Pakutandang, Ciparay terdapat sebuah warung, yang menyajikan surabi dengan konsep kekinian. Di warung tersebut, surabi ditawarkan dengan berbagai varian rasa, seperti asin, manis dan pedas dan dikreasikan dengan aneka topping menggugah selera.
“Biasanya, kita tahunya surabi itu makanan tradisional, toppingnya paling oncom dan abon. Nah, kami coba menyajikan surabi dengan beragam topping. Mulai dari yang manis itu ada coklat, pisang, keju, susu, kismis dan kombinasi. Jadi varian rasanya lebih banyak,” ujar Dede, sang pemilik warung surabi di Jalan Raya Pacet, Sabtu (24/7/2021).
Dede, pemilik warung surabi di Jalan Raya Pacet, kampung Andir, desa Pakutandang, Ciparay, Kabupaten Bandung Jawa Barat, Sabtu (24/7/2021) – Foto Amar Faizal Haidar
Sementara untuk varian rasa asin, topping yang ditawarkan ada oncom, ayam, telur, sosis, dan kombinasi. “Sementara yang pedas, kita siapkan oncom mayonaise balado, ayam mayonaise balado dan sebagainya. Untuk harga beragam, tergantung topping, yang paling murah Rp2.000 dan yang paling mahal Rp12.000,” sambung Dede.
Konsep surabi kekinian tersebut ternyata disambut positif para pembeli. Menurut Dede, dalam sehari, ia bisa menjual 200 sampai 250 picis surabi. “Alhamdulillah setiap hari ramai. Biasanya kita buka jam empat sore, jam tujuh malam sudah habis. Paling lama jam sembilan malam kita tutup,” tandas Dede.
Meski konsep penyajian kekinian, namun cara pembuatan surabi yang dilakukan Dede tetap mempertahankan cara tradisional, dengan menggunakan tungku dan dibakar dengan arang. “Cara pembuatannya tetap kita jaga, karena kata orang memang beda membuat surabi dengan tungku dan kompor, kalau dengan tungku itu ada sensasi aroma khasnya, yang tidak bisa diganti,” ucap Dede.
Vita, salah seorang penikmat surabi menyebut, sangat menyukai surabi yang dijual Dede. Selain enak, tekstur surabi yang disajikan empuk. “Biasanya ada surabi yang bantet, hal itu disebutnya membuat pegal gigi. Tetapi kalau surabi ini lembut, empuk, gurih, enak. Yang polos saja (tanpa topping) sudah enak,” kata Vita.
Meski begitu, untuk bisa menikmati surabi Andir (buatan Dede), pembeli harus sabar mengantri, karena hampir setiap hari, warung surabi ini dipadati pembeli. “Kalau lagi beruntung bisa cepat, tapi jarang sekali bisa cepat. Saya rata-rata nunggu setengah jam dulu baru bisa makan surabi-nya, karena ngantri,” pungkas Vita.